Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 161 Semester 2 Bagian 2:Peristiwa Pemberontakan

Simak kunci jawaban PKN kelas 9 halaman 161 semester 2 bagian 2 tentang peristiwa pemberontakan, terdapat soal dan kunci jawabannya

Penulis: Pondra Puger Tetuko
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 161 Semester 2 Bagian 2:Peristiwa Pemberontakan
buku PKN
Kunci jawaban PKN kelas 9 halaman 161 semester 2 bagian 2 tentang peristiwa pemberontakan. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini kunci jawaban Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) Semester 2 kelas 9 halaman 161.

Kunci jawaban mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau PKN Semester 2 kelas 9 SMP/MTs dalam artikel ini hanya sebagai referensi atau panduan siswa dalam belajar.

Sebelum melihat kunci jawaban, siswa dapat terlebih dahulu mengerjakan soalnya sendiri.

Di halaman 161 bagian 2 memuat soal tentang peristiwa pemberontakan.

peristiwa (30/12/2022)
Kunci jawaban PKN kelas 9 halaman 161 semester 2 bagian 2 tentang peristiwa pemberontakan.

Baca juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 153 Semester 2: Analisis Perundang-undangan

Soal

Selain perjuangan fisik melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia, bangsa Indonesia juga dihadapkan dengan beberapa pemberontakan yang cukup menguras tenaga para pejuang dalam menumpasnya. Coba kalian cari peristiwa-peristiwa pemberontakan tersebut. Tulis hasil temuanmu dalam tabel di bawah ini dan presentasikanlah di depan kelas.

Jawaban

Berita Rekomendasi

- Pemberontakan G30S/PKI

Uraian Singkat Menumpas Pemberontakan:

Setelah insiden tersebut, pemerintah mengupayakan penumpasan G30S PKI pada 1 Oktober 1965.

Mayjen Soeharto kala itu mengambil alih komando angkatan darat, akibat belum adanya kepastian kabar mengenai Letjen Ahmad Yani.

Sementara Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, yang menjadi Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) berupaya untuk menghimpun pasukan seperti Divisi Siliwangi dan Kavaleri.

Operasi penumpasan G30S PKI diarah ke sejumlah tempat yang telah dikuasai para simpatisan PKI. Salah satunhya adalah wilayah Bandar Udara Halim Perdana Kusuma.

Setelah daerah sekitar Istana Merdeka dan Medan Merdeka bersih dari pasukan G30S/PKI, maka operasi penumpasan terhadap kaum pemberontak ditujukan ke Pangkalan Halim Perdanakusama dan sekitarnya yang digunakan sebagai basis oleh pemberontak.

Situasi militer di Ibukota segera berubah karena direbutnya inisiatif dari Gerakan 30 September PKI oleh Kostrad. Pangkostrad Mayjen Soeharto melalui Ajudan Presiden, Kolonel KKO Bambang Widjanarko, mengirimkan pesan kepada Presiden Soekarno agar meninggalkan kompleks Halim, selambat-lambatnya pada pukul 24.00, karena Kostrad telah mengetahui pangkalan itu merupakan basis kekuatan fisik pemberontak.

Perkembangan menjelang petang hari itu juga, berlangsung dengan cepat, sehingga pemberontak yang berkedudukan di Halim dan sekitarnya merasakan tekanan situasi.

Akhirnya, mereka segera menyingkir keluar Halim. Perintah Presiden melalui Brigjen Supardjo agar menghentikan gerakannya, menimbulkan kerumitan bagi D.N. Aidit, Sjam, dan Pono.

Dengan ketegasan sikap Mayjen Soeharto tersebut, yang dibarengi dengan operasi-operasi penumpasan secara militer, jelas bahwa Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma tidak akan mungkin dapat dipertahankan lagi.

Presiden Soekarno beserta rombongan pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 23.30 telah meninggalkan Pangkalan Halim Perdanakusuma melalui jalan darat menuju Bogor.

Pada pukul 01.00 dinihari tanggal 2 Oktober 1965, Jenderal Soeharto memerintahkan kesatuan-kesatuan RPKAD dibantu oleh Batalyon 328 Kujang/Siliwangi, satu kompi tank dan satu kompi panser Kavaleri untuk membebaskan Pangkalan Halim.

Kepada pasukan-pasukan yang ditugasi dipesankan, agar dalam melaksanakan perintah ini sedapat mungkin menghindarkan pertumpahan darah serta menghindarkan pengrusakan terhadap benda-benda yang berguna.

Baca juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 150 Semester 2: Perjuangan Bangsa Indonesia

Demikianlah sekitar pukul 03.00 pagi, pasukan tersebut bergerak menuju sasaran yang telah ditentukan. Pada pukul 06.00 pagi, lapangan udara Halim telah dapat dikuasai kembali.

Namun karena luasnya kompleks Halim, kekuatan-kekuatan pemberontak ternyata tidak seluruhnya mengundurkan diri.

Gerakan penumpasan selanjutnya adalah menuju desa Lubang Buaya yang diperkirakan sebagai tempat pembunuhan terhadap 7 orang Perwira Tinggi Angkatan Darat. Tembak-menembak terjadi di Lubang Buaya antara RPKAD dengan satuan-satuan Yon 454, sehingga jatuh korban seorang gugur dan dua orang luka­-luka.

Pada pukul 14.00 gerakan pembersihan oleh satuan-satuan RPKAD dan Yon 328 Kujang di sekitar Cililitan dan Lubang Buaya dihentikan karena para pemberontak telah buyar melarikan diri ke luar kota.

Saat telah mengusai Halim dan bubarnya pasukan pemberontak, maka gagallah kudeta Gerakan 30 September yang didalangi PKI itu. Para pemimpin pemberontak meninggalkan Halim menuju ke Pondok Gede, dan selanjutnya menyelamatkan diri dari kejaran RPKAD.

Langkah untuk menumpaskan G30S PKI terus berlanjut dengan sejumlah operasi yang dijalankan. Di antaranya adalah operasi Trisula di Blitar Selatan serta Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Melalui operasi penumpasan itu, para tokoh PKI berhasil ditangkap. Ketua PKI DN Aidit yang dituding sebagai dalang pemberontakan ditemukan tewas tertembak dalam operasi tersebut.

Sementara, sebagian tokoh PKI diadili di mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan beberapa lainnya dijatuhi hukuman mati.

- Pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam

Uraian Singkat Menumpas Pemberontakan:

Upaya penumpasan pemberontakan DI/TII di Aceh adalah melalui diplomasi pada Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang berlangsung pada tanggal 17-21 Desember 1962 dan dibentuknya kembali Aceh, sebagai provinsi berstatus daerah istimewa.

Melalui diplomasi, Daued Beureueh bersedia meletakkan senjata dan berdamai setelah provinsi Aceh kembali didirikan pada 1959.

- Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia

Uraian Singkat Menumpas Pemberontakan:

Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah melakukan operasi militer gabungan yang bernama Operasi Merdeka dipimpin oleh Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Operasi menumpas Permesta ini sangat kuat karena musuh memiliki persenjataan modern buatan Amerika Serikat terbukti dengan ditembaknya Pesawat Angkatan Udara Revolusioner (AUREV) yang dikemudikan oleh seorang warga negara Amerika Serikat.

Baca juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 9 Halaman 145 Semester 2: Uji Kompetensi Bab 5

Pesawat itu ditembak pada tanggal 18 Mei 1958 di atas kota Ambon. Pada bulan Agustus 1958, pemberontakan Permesta baru dapat ditumpas. Kemudian pada tahun 1961, pemerintah membuka kesempatan kepada sisa-sisa pendukung Permesta untuk kembali ke Republik Indonesia.

- Pemberontakan Republik Maluku Selatan

Uraian Singkat Menumpas Pemberontakan:

Setelah pemerintah membentuk sebuah operasi militer, penumpasan pemberontakan RMS pun akhirnya dilakukan pada tanggal 14 Juli 1950, dan pada tanggal 15 Juli 1950, pemerintahan RMS mengumumkan bahwa Negara Republik Maluku Selatan sedang dalam bahaya.

Pada tanggal 28 September, pasukan militer yang diutus untuk menumpas pemberontakan menyerbu ke daerah Ambon, dan pada tanggal 3 November 1950, seluruh wilayah Ambon dapat dikuasai termasuk benteng Nieuw Victoria yang akhirnya juga berhasil dikuasai oleh pasukan militer tersebut.

Dengan jatuhnya pasukan RMS yang berada di daerah Ambon, maka hal ini membuat perlawanan yang dilakukan oleh pasukan RMS dapat ditaklukan.

Pada tanggal 4 sampai 5 Desember, melalui selat Haruku dan Saparua, pusat pemerintahan RMS beserta Angkatan Perang RMS berpindah ke Pulau Seram.

Pada tahun 1952, J.H Munhutu yang tadinya menjabat sebagai presiden RMS tertangkap di pulau Seram, Sementara itu sebagian pimpinan RMS lainnya melarikan diri ke Negara Belanda.

- Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka

Uraian Singkat Menumpas Pemberontakan:

Pada 26 Desember 2004, bencana gempa bumi dan tsunami besar menimpa Aceh.

Kejadian ini memaksa para pihak yang bertikai untuk kembali ke meja perundingan atas inisiasi dan mediasi oleh pihak internasional.

Selanjutnya, tanggal 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah RI memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia.

Pada 17 Juli 2005, setelah berunding selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantta, Finlandia.

Penandatanganan kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005.

Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN.

Semua senjata GAM yang berjumlah 840 diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005.

Kemudian, pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya, Sofyan Dawood, menyatakan bahwa sayap militer Tentara Neugara Aceh (TNA) telah dibubarkan secara formal.

Setelah itu, RMS kemudian mendirikan sebuah organisasi di Belanda dengan pemerintahan di pengasingan (Government In Exile).

*) Disclaimer:

 Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak.

Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.

(Tribunnews.com/Pondra Puger)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas