Bagaimana Virus Bereproduksi? Mikroorganisme Patogen Bisa Infeksi Sel Inang Melalui 2 Cara
Bagaimana virus bereproduksi? Mikroorganisme patogen yang bisa infeksi manusia. Setidaknya ada dua cara virus bereproduksi di dalam sel inang.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Virus adalah mikroorganisme patogen terkecil yang memiliki ukuran diameter sekitar 20-300 nano meter.
Virus tidak bisa berkembang secara mandiri karena tidak mengandung ribosom untuk memproduksi protein.
Sehingga, virus membutuhkan sel inang yang tepat untuk berkembangbiak.
Di dalam sel inang, virus akan menginfeksi dan melepaskan materi genetik dan proteinnya untuk berkembang.
Lalu, bagaimana virus bereproduksi? Berikut ini penjelasan selengkapnyanya menurut buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMA Kelas X Kurikulum Merdeka Belajar.
Baca juga: Penyebab Batuk Bukan Hanya Virus dan Bakteri, GERD Kambuh Bisa Jadi Pemicu
Cara Virus Bereproduksi
Virus secara umum hanya terdiri dari asam nukleat dan protein kapsid.
Hal ini menunjukkan tubuh virus bukan merupakan sebuah sel yang memiliki membran sel, sitoplasma, asam nukleat, dan ribosom.
Seperti yang diketahui, unit terkecil dari mahkluk hidup adalah sel, sedangkan virus tidak memiliki komponen sel selain asam nukleat.
Dengan demikian, dilihat dari strukturnya, virus bukanlah makhluk hidup meski bisa bereproduksi.
Struktur tubuh virus pada bagian luar memiliki protein reseptor.
Virus dapat menginfeksi jika struktur itu cocok dengan protein reseptor pada membran sel inang.
Proses memperbanyak diri virus disebut dengan replikasi melalui metode siklus litik dan lisogenik.
Beberapa virus bereproduksi menggunakan metode siklus litik dan siklus lisogenik.
Sementara itu, virus lainnya hanya menggunakan siklus litik.
Baca juga: Virus: Pengertian, Ukuran, hingga Bentuknya
1. Siklus Litik
Virus melakukan siklus litik dan lisogenik tergantung pada virulensi atau ketahanan sel inang terhadap virus penginfeksi.
Jika sel inang memiliki ketahanan yang lemah maka virus dapat melakukan siklus litik.
Dalam siklus litik, virus menempel pada sel inang dan menyuntikkan DNA-nya.
Menggunakan metabolisme seluler inang, DNA virus mulai bereplikasi dan membentuk protein.
Kemudian virus yang terbentuk sempurna berkumpul.
Virus ini merusak, atau melisiskan, sel dan menyebar ke sel lain untuk melanjutkan siklus.
Baca juga: Virus Marburg: Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui
2. Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik terjadi ketika sel inang memiliki ketahanan yang tinggi.
Dalam siklus lisogenik, virus menempel pada sel inang dan menyuntikkan DNA-nya.
Dari sana, DNA virus dimasukkan ke dalam DNA inang dan sel inang.
Setiap kali sel inang melakukan replikasi, DNA virus juga direplikasi, menyebarkan informasi genetiknya ke seluruh inang tanpa harus melisiskan sel yang terinfeksi.
Pada siklus litik perkembangbiakan virus diawali dengan tahap melekatnya virus pada sel inang, kemudian penetrasi asam nukleat virus ke dalam sel inang.
Tahap selanjutnya adalah asam nukleat virus akan memerintah sel inang untuk mensintesis asam nukleat dan bagian tubuh virus untuk dirakit menjadi tubuh virus baru.
Akhir siklus ini sel inang pecah dan mengeluarkan banyak virus baru.
Berbeda dengan siklus litik, pada siklus lisogenik sel inang akan tetap membawa asam nukleat virus meskipun sel inang memperbanyak dirinya.
Siklus lisogenik ini dapat beralih ke siklus litik.
Infeksi Virus pada Manusia
Pada manusia, virus dapat menyebabkan banyak penyakit, misalnya flu yang disebabkan oleh virus influenza.
Biasanya, virus menyebabkan respons kekebalan pada inang yang dapat membunuh virus, dikutip dari National Geographic.
Namun, beberapa virus tidak berhasil diobati oleh sistem kekebalan tubuh, seperti human immunodeficiency virus (HIV).
Hal ini menyebabkan infeksi yang lebih kronis yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan, yang seringkali hanya gejalanya yang dapat diobati.
Tidak seperti infeksi bakteri, antibiotik tidak efektif untuk mengobati infeksi virus.
Infeksi virus paling baik dicegah dengan vaksin, meskipun obat antivirus dapat mengobati beberapa infeksi virus.
Sebagian besar obat antivirus bekerja dengan mengganggu replikasi virus.
Beberapa obat ini menghentikan sintesis DNA dan mencegah replikasi virus.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Materi Sekolah