Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 SD Halaman 114 115 116 117 118 119 Sutema 3 Pembelajaran 4

Simak Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 SD Halaman 114 115 116 117 118 119 Sutema 3 Pembelajaran 4 Buku Tematik Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 ini.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 SD Halaman 114 115 116 117 118 119 Sutema 3 Pembelajaran 4
Pexels.com/RF._.studio
Ilustrasi belajar. Simak Kunci Jawaban Tema 8 Kelas 6 SD Halaman 114 115 116 117 118 119 Sutema 3 Pembelajaran 4 Buku Tematik Kurikulum 2013 edisi revisi 2018 ini. 

- Sebagian besar penduduk Laos dan Filipina bermata pencaharian sebagai petani.

- Hasil pertanian pangan utama Laos dan Filipina adalah padi dan jagung.

Perbedaan:

- Filipina memiliki hasil ternak sapi perah sementara Laos tidak memiliki.

- Laos tidak memiliki hasil tambang sedangkan Filipina memiliki hasil tambang utama berupa emas.

  • Tema 8 Kelas 6 halaman 116 - 117

Kisah Petani Cabai Sukses, Untungnya Menggiurkan

Jawa Pos.com – Pensiun dari pekerjaan sebagai aparatur sipil Negara (ASN) tak membuat Imam Kusno berhenti berusaha untuk hidupnya. Pria yang sebelumnya berstatus guru ini justru sukses bertani cabai. Hasilnya bahkan melebihi penghasilan tetapnya tiap bulan. Berikut kisahnya.

Sudah 4 tahun ini Imam bergelut dengan tanaman cabai lokal. Dia menanam komoditas yang kini harganya selangit itu di atas tanah seluas sekitar 1 hektare di Desa Natai Raya, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah.

Berita Rekomendasi

Dalam satu tahun,Imam mengaku bisa meraih untung hingga Rp 100.000.000,00 dengan masa dua kali panen. Itu dilakoninya sendiri tanpa dibantu petani lainnya. Harga cabai yang kian mahal membuat penghasilannya bertambah. Harga cabai saat ini sekitar Rp 150.000,00 per kilogram.

”Yang kita tanam ini hanya seperempat hektare, sekitar lima batang saja. Kalau pakai tenaga sendiri hanya Rp3.000,00 per batang biaya perawatan hingga masa panen," ujar Imam, Senin (20/2) saat dikunjungi di kebun cabai miliknya.

Menurut Imam, bertani cabai seperti merawat bayi. Harus tekun dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ketika dipanen, para pedagang yang datang mengambil cabai ke rumahnya. Dia menjual sebesar Rp125.000,00 per kilogram.

”Tergantung kualitas bibitnya, biasanya harga normal dulu sebelum naik Rp20.000,00 hingga Rp40.000,00 per kilogramnya," ujarnya.

Imam menuturkan, penyebab harga cabai naik di pasaran adalah cuaca yang tidak menentu. Hal itu menyebabkan beberapa penyakit cabai, seperti jamur, hama, dan lainnya mudah menyerang. Hal yang ditakutkan petani cabai adalah apabila hujan siang hari karena jamur akan bermunculan. Karena itu, setelah hujan, tanaman cabai harus disemprot.

”Menentukan berhasil atau tidak itu kan cuaca. Lebih baik musim kemarau sekalian lebih bagus. Dampaknya cuaca seperti ini, jamur yang banyak, patek juga banyak. Makanya, dua kali sehari disemprot tidak menutupi gagal panen," katanya.

Sementara itu, Kasi Produksi Hortikultura Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Kobar, Legiman mengatakan, petani cabai di Kobar paling banyak berada di Kecamatan Pangkalan Lada dan Arut Selatan. Cabai lokal di Kobar sudah bisa memenuhi kebutuhan pasar.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas