TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cabor gulat di Asian Games XVIII/2018 akan dikompetikan pada Minggu hingga Rabu, 19-22 Agustus, di Assebly Hall Jakarta Convention Centre (JCC), Senayan.
Sebanyak 255 atlet dari 30 negara, dengan rincian 169 putra dan 86 putri, akan berlaga memperebutkan 18 medali emas pada 12 kelas di dua gaya bebas dan grego putra serta enam kelas di gaya bebas putra.
Venue untuk kompetisi cabor gulat di Assembly Hall JCC dikerjakan selama hampir dua pekan dan baru diselesaikan Rabu (15/8) lalu. Pengerjaaan venue ini dilakukan oleh vendor yang ditunjuk oleh Inasgoc (panitia penyelenggara Asian Games Indonesia), yang juga melibatkan expert asing.
Namun, penyelesaian pengerjaan venue dengan dua matras berukuran 14 x 14 meter itu juga membutuhkan kecermatan dan ketelian dari Venue Manager (VM) Agus Pebrianto yang bersama Competition Manager (CM) Yahya Madjid dan para field worker dari panpel ikut andil.
Venue cabor gulat terbilang megah. Venue ini sudah harus langsung dibongkar begitu kompetisi gulat tuntas pada Rabu (22/8) malam. Pasalnya, di tempat itu pula akan dipertandingkan dua cabor beladiri lainnya, yakni kurash dan jiujitsu.
"Jadi matras gulat ini sudah harus dibongkar setelah pertandingan selesai, sebab akan dibuat matras untuk kurash," kata Agus Pebrianto dalam briefingnya kepada jajaran panpel gulat, Kamis (16/8) malam.
Venue gulat di Assembly Hall, JCC, hanya akan dipergunakan untuk pertandingan. Sementara, sebagai venue latihan, ada di lantai 6 Jakarta International Expo (JIexpo), Kemayoran, yang tak terlalu jauh dengan Athlete Village.
Venue latihan juga sudah dipergunakan sejak Rabu siang lalu. Pegulat pelatnas Indonesia sudah memulai latihannya di situ sejak Kamis (16/8) siang.
Walau sudah selesai, venue untuk kompetisi gulat di Assembly Hall, JCC, tetap bisa disebut belum sempurna. Pasalnya, venue gulat ini masih belum dilengkapi dengan lampu-lampu pada perangkat broadcast untuk kepentingan penyiaran (broadcasting).
Menurut keterangan, peragkat pencahayaan broadcasting yang keseluruhannya didatangkan dari luar negeri itu masih tertahan di bea & cukai bandara Soetta.
Lampu-lampu tersebut masih belum bisa dikeluarkan karena proses perizinannya belum selesai.
Keterlambatan dalam proses perizinan sehingga perangkat broadcasting belum bisa dioperasikan di venue gulat ini sangat disesalkan oleh Steven Setibudi Musa, koordinator protocol & venues acces coordinator dari panpel cabor gulat.
"Peralatan lampu broadcasting ini sangat vital, mestinya sudah bisa terpasang sehingga venue gulat benar-benar sudah sempurna," ungkap Steven Setiabudi Musa saat menghadiri briefing panpel gulat, Kamis malam.
Steven S.Musa, anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, pihak bea & cukai bisa segera bisa menyelesaikan proses perizinan untuk dapat dikeluarkannya perangkat broadcasting di cabor gulat. "Jangan sampai terlambat sehingga bisa mengacaukan semuanya," harap Steven, yang Ketua Bidang Sarana & Prasarana di PP PGSI 2018-2023 dan Ketua Umum Pengprov PGSI DKI Jakarta.