Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Mohamad Afkar Sarvika
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Atlet Taekwondo Indonesia, Defia Rosmaniar berhasil meraih medali emas perdana untuk Indonesia dalam ajang Asian Games 2018.
Defia dipastikan menjadi yang terbaik setelah mengalahkan atlet asal Iran, Marjan Salahshouri di nomor tunggal putri poomsae dengan skor akhir 8.690 - 8.470.
Keberhasilannya meraih medali emas pun tentu tak terlepas dari semangat dan perjuangannya selama berlatih.
Defia yang merupakan atlet Kota Bogor ini mulai menekuni olahraga taekwondo sejak masih duduk dibangku kelas 1 SMP di Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Saat itu, atlet kelahiran 25 Mei 1995 ini justru bukanlah seorang atlet poomsae, melainkan atlet Kyorugi atau pertarung.
Hal tersebut diungkapkan langsung Pelatih Taekwondo Defia di Kota Bogor, Soleh Basuni.
Soleh yang sejak awal menjadi pelatih Defia mengatakan, bahwa pada awalnya Defia memang seorang atlet kyorugi, bukan poomsae atau seni beladiri.
Namun dikarenakan Defia sempat mengalami gejala liver, maka Soleh pun tidak mengizinkan Defia untuk terus menekuni kyorugi.
"Sejak SMA kelas 1, Defia terkena gejala liver, sempat vakum kurang lebih lima sampai enam bulan, setelah itu Defia yang punya ambisi kembali latihan taekwondo, hanya diarahkan untuk menekuni poomsae," ujarnya, Minggu (19/8/2018).
Awalnya, lanjut dia, Defia kurang tertarik untuk menekuni poomsae, namun seiring berjalan waktu Defia pun mulai tertarik sampai pada akhirnya meraih sejumlah prestasi.
"Setelah sembuh Defia mulai tekun berlatih, walau awalnya sedikit kecewa karena mungkin hatinya bukan di poomsae, tapi Defia berhasil berprestasi mulai dari tingkat kota hingga internasional," urainya.
Soleh pun mengaku bangga atas apa yang telah diraih Defia di ajang Asian Games 2018 dan di kejuaran-kejuaraan sebelumnya.
"Saya sangat bangga dan terharu, dari sejak SMP Defia memang ingin menjadi atlet nasional, dan Defia sekarang sudah membuktikannya," tandasnya.