Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Pesta Asia 2018

Asian Games 2018

Tak Hadir di Acara Penyerahan Bonus di Istana Negara, ke Mana Jonatan Christie?

zoom-in Tak Hadir di Acara Penyerahan Bonus di Istana Negara, ke Mana Jonatan Christie?
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie saat upacara pengalungan medali final perseorangan putra bulutangkis Asian Games 2018, di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (28/8/2018). 

TRIBUNNEWS.COM - Pebulutangkis peraih medali emas di nomor tunggal putra, Jonatan Christie, tak hadir dalam acara penyerahan bonus yang berlangsung di Istana Negara, Minggu (2/9/2018).

Bonus tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi pemerintah bagi atlet-atlet yang telah sukses menyumbang medali di Asian Games 2018.

Peraih medali emas di nomor individu akan mendapatkan bonus sebesar 1,5 miliar, nomor ganda akan mendapatkan bonus sebesar 1 miliar/orang, sementara untuk tim beregu akan medapatkan 750 juta/orang.

Peraih medali perak di nomor individu akan mendapatkan bonus sebesar 500 juta, 400 juta di nomor ganda, dan 300 juta di nomor beregu.

Sementara peraih medali perunggu akan mendapatkan 250 juta di nomor individu, 200 juta/orang di nomor ganda, dan 150 juta/orang untuk tim beregu.

Pemerintah membagikan bonus itu sebelum penutupan Asian Games 2018.

Dari cabang olahraga bulu tangkis, Indonesia mendapatkan 8 medali yang terdiri dari 2 emas, 2 perak, dan 4 perunggu.

Dari deretan atlet penerima bonus medali yang datang ke Istana, tak terlihat wajah Jonatan Christie alias Jojo.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan, Jojo dkk sudah berangkat ke Tokyo untuk mengikuti kejuaraan Jepang Terbuka.

"Para atlet badminton itu kemarin tidak hadir di Istana untuk menerima bonus dengan Presiden karena satu hari sebelum closing, mereka sudah terbang ke Tokyo untuk ikut kompetisi Japan Open," kata Puan di Kantor Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta Pusat, Senin (3/9/2018).

Proses mengikuti pertandingan lain ini disebut dengan try out. Pemerintah menjalankan program ini untuk mempersiapkan para atlet menuju Olimpiade 2020.

Bertanding bersama atlet kelas dunia diharapkan akan memacu semangat dan mental atlet-atlet Indonesia.

"Itu salah satu cara bagaimana mereka tetap melatih daya juang, try out, untuk bisa nantinya tampil di dunia internasional dalam memperjuangkan badminton menuju Olimpiade 2020," kata Puan.

Frekuensi bertanding yang tinggi diyakini akan menciptakan iklim latihan secara berkesinambungan sehingga para atlet tak terlalu lama "menganggur" dan membuat pertarungan pada kompetisi berikutnya semakin berat.

"Kita ingin menyambung dari momentum Asian Games ini. Tahun depan menghadapi SEA Games 2019 di Filipina, dan Olimpiade 2020 di Jepang," ujar Puan.

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas