Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

WNI di Malaysia: Indonesia Selalu Kalah, Malu Kami Diejek

Sore itu hujan deras menemani perjalanan saya dari pusat Kota Kuala Lumpur hingga kawasan Bukit Jalil.

Penulis: Deodatus Pradipto
zoom-in WNI di Malaysia: Indonesia Selalu Kalah, Malu Kami Diejek
Kompas Nasional/WAWAN H PRABOWO
Aksi para pendukung Timnas Indonesia saat bertanding melawan Tim Laos dalam laga Piala AFF 2012 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (25/11/2012). Sebagian besar pendukung timnas adalah buruh migran yang bekerja di Malaysia. KOMPAS/WAWAN H PRABOWO 

Laporan Wartawan Tribun dari Kuala Lumpur, Deodatus Pradipto

TRIBUNNEWS.COM – Sore itu hujan deras menemani perjalanan saya dari pusat Kota Kuala Lumpur hingga kawasan Bukit Jalil. Tidak membawa payung maupun jas hujan terpaksa membuat langkah saya yang ingin menyambangi tempat menginap para pemain tim nasional Indonesia di Hotel Palace of the Golden Horses harus terhenti.

Saya cukup kecewa karena tidak melangkahkan kaki keluar dari Stasiun LRT Bukit Jalil. Hujan terlalu deras untuk diterobos, apalagi ketika teringat tuntutan untuk menjaga kondisi fisik selama tugas peliputan Piala AFF 2012.

Ketika itu, kondisi fisik saya memang sudah cukup kelelahan karena harus memanggul tas punggung yang bebannya berat. Kelelahan tersebut diperparah dengan panggilan anggota tubuh bernama perut yang sedari tadi berteriak-teriak minta diisi.

Pandangan mata saya kemudian mengarah ke sebuah kedai makanan tepat di sebelah stasiun LRT Bukit Jalil. Kedai makanan tersebut cukup menggiurkan untuk dilewatkan karena sajian ala prasmanan yang mereka pajang sangat menarik mata dan perut.

Di kedai tersebut, terdapat tiga orang pelayan perempuan sedang mempersiapkan sajian kepada para tamu. Kegiatan tersebut mereka selingi dengan percakapan. Kedua telinga saya pun dengan tajam menangkap logat yang berbeda dari logat Melayu. Ya, logat tersebut adalah logat Jawa.

Logat tersebut berasal dari mulut seorang perempuan pelayan berkerudung. Saya pun langsung menghampiri perempuan tersebut dan menanyakan asalnya. "Iya, saya orang Indonesia. Aslinya dari Lumajang, Jawa Timur," ujar perempuan bernama Emmi tersebut dalam bahasa Jawa berlogat Melayu.

Berita Rekomendasi

Komunikasi pun berlanjut sambil saya melahap nikmatnya ayam bumbu rendang dan sayur kubis. Emmy kemudian memperkenalkan rekan-rekannya dan mengatakan dengan bangga, "Kami semua orang Indonesia. Ini Anis dari Medan, itu kakak Dani dari Bandung, itu Mbak Sri dari Malang, Mas yang itu dari Padang. Namanya Heri." Saya pun balas memperkenalkan diri sebagai wartawan dari Indonesia. "Indonesia apa kabarnya?" sambar Dani ketika saya belum sempat memperkenalkan nama.

Emmy yang telah lima tahun bekerja di kedai milik penduduk lokal tersebut kemudian menanyakan maksud kedatangan saya ke Malaysia. Ketika saya baru saja menjelaskan bahwa maksud kedatangan saya adalah meliput Piala AFF 2012, Dani kembali berceletuk, "Indonesia selalu kalah. Sakit hati saya. Malu. Kami di-bully oleh kawan-kawan."

Emmy, Dani, Anis, Sri, dan Heri mengaku sudah lama tidak mengikuti perkembangan Indonesia, apalagi persepakbolaan Indonesia meski Emmy sempat bertanya kepada saya kelanjutan pembangunan gedung olahraga untuk PON Pekanbaru yang lalu.

"Kami tidak mengikuti sepakbola karena situasi dan kondisi. Kami ke sini memang untuk bekerja. Tidak ada waktunya," jelas Emmy sambil melayani konsumen yang memesan segelas teh tarik hangat.

Namun uniknya Emmy tiba-tiba berkata, "Irfan Bachdim main tidak? Dia ganteng. Dia muda masih banyak peluang untuk berkembang. Dia bagus untuk timnas di masa depan." "Kipernya siapa? Markus?" tambah Emmy. Saya menjelaskan bahwa Markus Horison tidak bisa memperkuat timnas karena sejumlah hal.

Saya kemudian memperkenalkan Endra Prasetya sebagai kiper utama Indonesia saat ini meski sayangnya dia mendapat kartu merah pada pertandingan pertama saat melawan Laos. "Berdoa saja semoga penggantinya Endra lebih baik," tutur lulusan Sekolah Menengah Atas itu.

Heri yang bertugas menyediakan minuman menjelaskan dirinya sebenarnya ingin menonton tim nasional bermain di Piala AFF 2012. Namun, karena Stadion Bukit Jalil yang selalu ramai ketika ada pertandingan, terutama Piala AFF 2012, membuat dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan yang baru dia lakoni setahun belakangan ini.

"Kalau mereka main, kami hanya bisa menonton lewat televisi di sini (dapur). Mau bagaimana lagi, kami tidak bisa meninggalkan kedai. Libur pun dua minggu sekali," tuturnya.

Heri kemudian menyampaikan harapannya kepada tim nasional Indonesia di Piala AFF kali ini. Lelaki asal Padang ini berharap Bambang Pamungkas dkk mampu mengharumkan nama Indonesia.

Ia tak ingin Indonesia kalah lagi, apalagi saat melawan Malaysia, pada laga terakhir nanti, Sabtu (1/12/2012). Heri tak ingin menjadi bahan ejekan kawan-kawanya dari penduduk lokal. "Harumkan nama Indonesia, semoga Indonesia selalu maju. Untuk Nil, (Nil Maizar), salam dari Padang. Harumkan nama Padang, terutama Indonesia," ucapnya.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas