Rumah Apartheid di Tengah Kemegahan Soccer City
MUNGKIN ini menjadi sebuah sisi ironis dari pagelaran hebat putaran final piala dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel). Kemegahan y
Editor: Toni Bramantoro
MUNGKIN ini menjadi sebuah sisi ironis dari pagelaran hebat putaran final piala dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel). Kemegahan yang ada ternyata harus mengorbankan masyarakat yang sebenarnya belum siap untuk menyambut tamu-tamu dari negara lain. Bukti sudah di depan mata, masih banyaknya tindak kejahatan yang dilakukan warga lokal, membuat iklim piala dunia kali ini sangat berbeda.
Selain itu, kondisi internal kehidupan masyarakat juga masih
memprihatinkan. Contoh nyata adalah masih adanya perkampungan miskin
yang tepat berada di belakang stadion mewah, Soccer City Stadium di
kawasan Soweto, Johannesburg.
Perkampungan padat penduduk ini disebut sebagai rumah apartheid, karena
memang penghuninya adalah orang-orang kulit hitam yang dulu harus hidup
terpinggirkan dari kota Johannesburg. Sistem rumah tinggal seperti
tersebut seperti tidak masuk akal jika dibandingkan dengan pembangunan
stadion supermegah. Apalagi, lokasinya hanya sepelemparan batu dari
Soccer City dan Ellis Park.
Perkampungan dengan rumah apartheid ini terletak di pinggir jalan raya
utama yang menghubungkan Soweto dan Johannesburg. Lokasinya tidak jauh
dari monumen Hector Peiterson, dan memang tidak terlihat langsung dari
Soccer City Stadium karena tertutup bekas tambang raksasa.
Semua rumah berdinding coklat tua, saling berdempetan dan hanya terdiri
dari dua kamar saja. Nyaris tak ada halaman dan jeda di antara
rumah-rumah tersebut. Masyarakat yang tinggal di situ pada umumnya
adalah pekerja kasar, meski ada juga yang sukses mengembangkan rumah
mereka ke atas.
"Itu adalah rumah yang memang dijadikan tempat pengusiran masyarakat
kulit hitam yang dulu berada di tengah kota. Tidak manusiawi karena
semuanya serba terbatas. Bisa Anda bayangkan, nyaris tidak ada jarak
antara ruang tamu, kamar, kakus sampai dapur. Sebuah ironis yang
sepertinya tidak diperhatikan pemerintah, dan ini bisa menjadi masalah
sosial setelah piala dunia," tutur Keinz, seorang guide.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.