Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Menelusuri Jejak Kota Emas Johannesburg

JEJAK

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-in Menelusuri Jejak Kota Emas Johannesburg
KOMPAS.COM
Pemandu wisata di Gold Reef City, Johannesburg, Afrika Selatan, berdiri di ceruk lorong penambangan emas yang dipakai untuk berkumpul para penambang di kedalaman 225 meter, Sabtu (19/6). 

Laporan Agung Setyahadi dari Johannesburg Afrika Selatan

JEJAK peradaban Joburg alias Johannesburg tersembunyi di lorong-lorong bawah tanah yang kedalamannya mencapai 3.293 meter. Lorong-lorong bekas penambangan mineral Aurum itulah yang menjadi tonggak modernisasi kota emas Johannesburg sekaligus munculnya apartheid.

Tonggak pertumbuhan pusat perekonomian Afrika Selatan itu bisa ditelusuri di Gold Reef City. Kompleks tambang tua yang ditutup pada tahun 1977 setelah beroperasi sejak 1896 itu sekarang dikemas menjadi obyek wisata sejarah.

Perkampungan tua penambang emas itu bisa ditempuh kurang dari satu jam dari Bandara OR Tambo. Jika menggunakan penerbangan yang tiba pukul 07.00 waktu Johannesburg, seperti yang digunakan oleh rombongan 11 Laskar Pamungkas Biskuat, bisa langsung menuju Gold Reef City untuk mengisi waktu hingga masuk hotel yang umumnya setelah tengah hari. Gold Reef juga pas untuk mengisi waktu luang sebelum pertandingan sepak bola selama Piala Dunia 2010.

Menegangkan

Penelusuran lorong tambang emas ini cukup menegangkan karena kita harus turun hingga kedalaman 225 meter di bawah tanah. Para peziarah kota emas dibawa turun menggunakan lift penambang yang sudah berkarat di sana-sini. Sesaat tebersit keraguan tentang keamanan peralatan yang terlihat uzur dengan cat kuning yang sudah mengelupas, menguak besi berkarat di baliknya.

”Tenang, ini akan menjadi perjalanan yang menyenangkan,” ujar pemandu kami yang mengaku bernama Soweto dan berasal dari kota berpenduduk kulit hitam South West Township alias Soweto.

Berita Rekomendasi

Lift mulai bergerak turun menyusuri sumuran yang gelap. Di tengah perjalanan turun itu, terdengar gemericik air yang keluar dari dinding sumur. Kegelapan pekat membawa kami masuk ke perut bumi, seperti perjalanan ke penjara Azkaban di dongeng sihir Harry Potter.

Ketegangan memasuki penambangan itu juga dirasakan oleh para pekerja pada masa silam yang diekspresikan dalam lirik lagu. Bekerja di penambangan adalah penderitaan dan pengalaman yang menyakitkan/Pekerjaanmu berada di lokasi yang berbahaya/Saat kamu menuruni lorong, kamu ragu bisa keluar hidup.../Kematian begitu nyata dan kamu akan selalu berdoa serta mengucapkan puji syukur kepada Tuhan setiap kali keluar dalam keadaan hidup.

Lift berhenti di kedalaman 225 meter kurang dari lima menit. Lorong di depan kami berukuran longgar dengan tinggi sekitar 2 meter dan lebar 1,5 meter. Di beberapa bagian ada penyempitan dan ada yang melebar.

Dinding lorong goa dicat putih. Ini teknik kuno yang cerdas untuk memendarkan cahaya lilin dan pelita pada awal ditemukannya tambang emas itu pada 1886. Semakin ke dalam lorong terdapat peralatan berteknologi, seperti pembalik arus listrik bolak-balik ke arus searah. Alat itu masih berfungsi hingga sekarang.

Tiga bahasa

Selain untuk penerangan, listrik juga menjadi sumber tenaga pompa air untuk menyedot genangan ke dalam kolam besar di bawah tanah. Di dalam lorong itu ada cerukan kecil yang menjadi tempat berkumpul para penambang setiap pagi. Tempat itu masih ditempeli poster-poster kuno tentang keselamatan penambangan. Uniknya, poster-poster itu memuat tiga bahasa, yaitu Inggris, Perancis, dan Zulu, salah satu suku di Afrika Selatan.

Penggunaan tiga bahasa itu menunjukkan adanya ekspansi masyarakat dari Eropa ke Afrika Selatan setelah ditemukan emas 124 tahun lalu di daerah Witwatersrand. Para pemburu emas dari Eropa berbondong-bondong datang ke Johannesburg membentuk koloni baru. Ada juga migrasi sekitar 63.000 orang China selama 1904-1906 ke Johannesburg.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas