Laporan wartawan Tribunnews.com Deodatus Pradipto
SAYA cukup terkejut saat datang Luzhniki Stadium, Rabu (20/6) untuk meliput suasana jelang pertandingan fase grup Piala Dunia 2018 antara Timnas Maroko dan Timnas Portugal.
Di tengah kerumunan pendukung Maroko yang sedang diwawancarai oleh sebuah stasiun televisi, saya melihat seorang perempuan mengenakan kaus merah bertuliskan Wonderful Indonesia.
Saya kemudian menegur perempuan itu, bertanya dalam bahasa Indonesia apakah dia dari Indonesia. Ternyata betul. Dia adalah Arlita yang di sebelahnya berdiri Euis.
"Kita ke sini karena mau lihat pemain bola cakep," ujar Arlita.
Namun demikian, bukan hanya itu yang membuat dia datang ke Rusia untuk menyaksikan Piala Dunia 2018.
Bagi dia ini adalah kesempatan yang mungkin hanya terjadi sekali di seumur hidupnya.
"Mungkin ini kesempatan once in a lifetime. Kapan lagi nonton Piala Dunia," kata perempuan asal Jakarta itu.
"Kita memang suka sepak bola juga," timpal Euis.
Mereka mengatakan ke Rusia tidak hanya berdua. Ada banyak teman-teman dari Indonesia yang berkunjung ke Rusia untuk menyaksikan Piala Dunia 2018.
Rombongan mereka terdiri dari belasan orang.
Saya bertemu dengan tiga orang lainnya. Mereka adalah Puput, Indra, dan Fajri. Satu hal yang menarik adalah ternyata pada awalnya mereka tidak punya rencana berangkat bersama ke Rusia.
"Tadinya masing-masing beli tiket sendiri. Setelah itu kami tahu ada yang mau berangkat ke sini juga. Kami kemudian bikin grup WhatsApp," tutur Puput.
"Kita beli saat masih pre-sales sejak lama, tidak tahu pertandingannya tim mana lawan tim mana, yang penting beli tiket dulu," kata Euis.
Beberapa orang dari rombongan ini adalah anggota komunitas Backpacker Indonesia. "Tapi banyak dari komunitas lain, kok," kata Puput yang mengaku tidak suka sepak bola.
Selama empat hari di Moskow, saya beberapa kali bertemu orang Indonesia di Rusia yang datang untuk menonton pertandingan Piala Dunia 2018.
Senin (18/6) lalu saya tidak sengaja bertemu seorang pria di Stasiun Metro Park Kultury. Dia menegur saya setelah saya selesai bertanya kepada petugas informasi.
"Mas, dari Indonesia, ya," tanya pria itu sambil tersenyum.
Kami kemudian saling berkenalan, sedikit berbincang, lalu berpisah. (Tribunnews/deo)