Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Pesta Bola

Piala Dunia 2018

Yaroslav, Warga Moskow yang Cinta Raja Ampat

zoom-in Yaroslav, Warga Moskow yang Cinta Raja Ampat
Tribunnews/Deodatus Pradipto
Tribun bersama Yaroslav (kanan), warga Moskow, berfoto di depan Lomonosov Moscow State University, Rusia, Rabu (20/6/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus Pradipto dari Moskow

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rabu (20/6/2018) siang matahari bersinar terik.

Saya sedang duduk sendiri di bangku taman Vorobyovy Gory, atau dalam bahasa Inggris disebut Sparrow Hills, sambil mengisap sebatang rokok yang saya bawa dari Indonesia.

Saya sedang menikmati kesejukan udara sambil berteduh di bawah pohon besar saat seorang pria minta izin untuk duduk di sebelah saya.

Dia meminta izin menggunakan bahasa Inggris.

Menurut saya logatnya tidak terdengar seperti logat orang Rusia ketika berbicara dalam bahasa Inggris.

Wajahnya pun tidak terlihat seperti orang Rusia atau Eropa Timur pada umumnya.

Setelah pria itu duduk, saya mengajak berbicara dia.

Baca: Menikmati Bokkep di Gorky Park Moskwa

Saya bertanya dari mana asalnya.

Jawabannya bikin saya terkejut.

"Saya orang Moskow," jawab dia lalu tersenyum.

Semua hipotesis awal saya gagal.

Dia balik bertanya soal asal saya.

Tentu saya jawab Indonesia.

"Oh Indonesia. Raja Ampat," seru dia.

Saya bertanya bagaimana dia tahu soal Raja Ampat.

Dia bilang dia sering pergi ke sana.

"Dalam dua tahun terakhir saya sudah lima kali ke sana. Saya suka diving, free diving," tutur dia.

Baca: Pendukung Brasil Ini Cari Jodoh di Rusia Pakai Tinder

Kami kemudian berkenalan.

Namanya Yaroslav.

Usianya 44 tahun.

Yaroslav bukan orang asli Moskow.

Dia lahir dan besar di sebuah desa kecil jauh dari Moskow.

Kini dia memasuki tahun ke-16 tinggal di Moskow.

"Saya suka Raja Ampat karena tempatnya tenang, alamnya bagus, dan kehidupan bawah lautnya sangat bagus. Saya suka sekali Raja Ampat," kata Yaroslav.

Dia mengakui, waktu perjalanan menuju Raja Ampat tidak sedikit.

Apalagi dia berangkat dari benua Eropa.

Namun demikian, dia merasa perjalanan jauh itu terbayar begitu tiba di Raja Ampat.

Baca: Polandia Kalah, Senegal Menang, Fans Kedua Tim Kompak Joget Waka Waka

Raja Ampat bukan satu-satunya tempat diving di Indonesia yang pernah dia kunjungi.

Dia mengaku pernah ke Bunaken.

"Tapi di sana terlalu ramai. Saya jadi tidak bebas diving. Saya lebih suka Raja Ampat," tuturnya.

Pembicaraan kami kemudian berlanjut soal Piala Dunia 2018.

Dia bercerita, Piala Dunia 2018 memberikan pengaruh yang signifikan untuk Moskow dan Rusia.

Satu dari sekian pengaruhnya adalah ekonomi.

"Tadi kamu beli air di kedai itu 150 ruble, kan? Kalau di toko swalayan biasa harganya hanya 30 ruble untuk merek yang sama. Sekarang semua orang memanfaatkan Piala Dunia untuk mendapatkan uang," kata Yaroslav.

Dia kemudian bercerita, di Fan Shop Piala Dunia 2018 harga replika seragam tim nasional dipatok 5.000 ruble (setara Rp 1,2 juta).

Menurut Yaroslav, di area pinggiran kota ada yang menjual barang yang hampir sama seharga 500 ruble.

"Di produknya tertulis keterangan produk resmi," katanya.

Baca: David, Pendukung Senegal, Dapat Hadiah Ulang Tahun dari Sadio Mane dan Kawan-kawan

Saya kemudian bercerita, sebelum berangkat ke Rusia banyak membaca soal dinginnya orang Moskow.

Mereka cenderung bersikap tidak ramah kepada orang lain.

Saya bilang kepada Yaroslav, dia berbeda dari stereotipe orang Moskow karena bersikap ramah meminta izin dan melemparkan senyum kepada saya.

"Tidak semua orang Moskow seperti itu. Banyak orang Moskow yang ramah. Media yang membikin stereotipe itu. Tidak benar," ujar Yaroslav.

Menurut Yaroslav, Piala Dunia 2018 termasuk momen untuk mematahkan stereotipe itu.

Begitu banyak warga negara asing yang datang ke Rusia.

Mereka akan mengalami sendiri keramahan orang Moskow.

Sambil berbincang kami sama-sama mengungkapkan rencana berkunjung ke Fan Fest dan menonton pertandingan penyisihan grup antara Maroko dan Portugal.

"Saya dukung Portugal karena saya pernah dua tahun bekerja di sana," katanya.

Setelah lama berbincang, kami memutuskan melangkahkan kaki bersama ke Fan Fest yang terletak di Lomonosov Moscow State University.

Sambil berjalan kaki, kami banyak berbincang, termasuk mengapa pada umumnya perempuan Rusia memiliki kecantikan yang memikat.

"Mereka cantik dan selalu sibuk," kata Yaroslav.

Kami selalu bersama sejak itu.

Dia menunjukkan kepada saya tempat yang menarik untuk berfoto dan melihat kota Moskow dari ketinggian.

Kami juga menonton pertandingan bersama lalu berpisah.

Saat menyampaikan salam perpisahan, dia berpesan kepada saya.

"Senang sekali bisa bertemu kamu. Nikmatilah petualanganmu di Rusia. Jaga dirimu," katanya.

Sampai jumpa di lain kesempatan Yaroslav.

Sayang, kita tidak bertukar akun media sosial dan nomor telepon. (*)

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas