Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Pesta Bola

Piala Dunia 2018

Piala Dunia di Mata Presiden Madura United

zoom-in Piala Dunia di Mata Presiden Madura United
tribunnews.com/deo
Piala Dunia - Presiden Madura United Achsanul Qosasi sebelum menyaksikan pertandingan Piala Dunia 2018 antara Serbia dan Brasil di Stadion Spartak, Moskow, Rabu (27/6). 

Laporan wartawan Tribun Deodatus Pradipto dari Moskow

Piala Dunia bukan sekadar pertandingan sepak bola. Turnamen sepak bola paling akbar di dunia ini adalah momen untuk merasakan kebahagiaan.

Begitulah pandangan Achsanul Qosasi, presiden klub Madura United, saat saya jumpai di Moskow, Rusia, Rabu (27/6). Achsanul turut merasakan atmosfer Piala Dunia 2018 di Rusia. Dia telah menyaksikan pertandingan antara tim nasional Serbia dan Brasil di Stadion Spartak, Moskow, setelah perjumpaan kami. Dia juga akan bepergian ke sejumlah kota di Rusia seperti Kazan dan Saint Petersburg untuk menyaksikan sejumlah pertandingan secara langsung.

"Saya nonton Piala Dunia sejak di Korea-Jepang, Afrika Selatan, Brasil, dan di sini. Saya tidak pernah absen di setiap perhelatan Piala Dunia," ujar Achsanul.

Ada satu hal yang membuat politikus partai Demokrat itu datang ke Rusia saat Piala Dunia 2018 bergulir. Dia datang karena ingin merasakan euforia para pendukung, perjuangan pendukung, dan loyalitas pendukung kepada tim nasional mereka.

"Saya tertarik melihat pernak-pernik yang mereka pakai. Kejadian di luar lapangan itu," tutur Achsanul yang memesan tiket pertandingan Piala Dunia 2018 sejak tiga bulan lalu.

Kami kemudian berangkat ke Stadion Spartak secara terpisah pukul 17.30 waktu setempat, tiba hampir bersamaan 45 menit berselang. Di stadion, Achsanul telah mengenakan seragam tim nasional Brasil. Achsanul tak lupa mengenakan syal Madura United.

"Saya biasanya datang tiga jam sebelum pertandingan untuk melihat kejadian-kejadian menarik yang terjadi yang menurut saya hanya ada di sepak bola. Kita tidak akan menemukan itu di olahraga lain," kata pria yang juga anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu.

Meski cukup lama berkecimpung di dunia olahraga, Achsanul Qosasi mengaku sering terkejut oleh tingkah laku para pendukung. Menurut Achsanul momen-momen seperti itulah yang terbaik dari sepak bola.

Hal lain yang dia lihat dari perhelatan Piala Dunia adalah bagaimana para pendukung mampu menunjukkan sportivitas. Achsanul kagum terhadap bagaimana para pendukung bisa menerima kekalahan tim kesayangannya.

Hal seperti ini yang harus dipelajari masyarakat Indonesia, terutama para pendukung di tanah air. Meski Achsanul melihat sikap para pendukung di Indonesia mengarah ke positif, dia menekankan pentingnya kompetisi domestik yang baik.

"Kalau kompetisi kita itu bagus, berjalan baik, dan dikelola secara baik, suporter juga senang. Mengajarkan mereka untuk menikmati kekalahan. Tidak perlu sedih dalam menghadapi kekalahan. Kita harus belajar dari kekalahan untuk menyiapkan strategi meraih kemenangan berikutnya," kata Achsanul.

Menang Dua Kali

Achsanul Qosasi memberikan acungan jempol kepada Rusia selaku negara penyelenggara Piala Dunia 2018. Di mata Achsanul euforia Rusia dalam menyambut Piala Dunia terasa sungguh luar biasa.. Euforia ini yang dia rasakan sejak mendarat di Moskow.

"Hampir semua yang datang ke sini datang mengenakan jersey tim nasional masing-masing. Semua menunjukkan identitas mereka. Ini satu hal yang bagus bagi Rusia sendiri," kata Achsanul.

Menurut mantan bendahara PSSI di era kepemimpinan Nurdin Halid itu, Rusia menang dua kali jika dilihat dari cara mereka menyelenggarakan Piala Dunia 2018. Rusia sukses sebagai penyelenggara dan tim nasional mereka juga tampil impresif.

"Kesuksesan mereka sebagai penyelenggara tentunya mendatangkan devisa untuk Rusia. Hampir semua suvenir dirancang berbau Indonesia.. Ini yang harus kita tiru. Sepak bola itu bukan sekadar olahraga, tapi juga politik, ekonomi, dan budaya," ujar Achsanul.

Indonesia pernah terlibat dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia 2022. Pengajuan diri Indonesia kemudian ditolak oleh FIFA pada Februari 2010 karena PSSI tidak memasukkan surat jaminan pemerintah Indonesia untuk mendukung pencalonan.

Achsanul menuturkan kekalahan Indonesia dari Qatar kala itu. Indonesia sebenarnya siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 karena memiliki stadion yang cukup. Nilai kurang Indonesia saat itu adalah tidak memiliki transportasi massal ke dan dari stadion.

"Sebenarnya dari kondisi infratruktur kita tahun ini yang mulai bagus, rasanya kalau Qatar betul-betul mundur, mestinya kita siap," ujar Achsanul.

Untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia, Indonesia membutuhkan minimal delapan stadion. Saat ini Indonesia telah memiliku lima stadion yang layak seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Kalimantan Timur, dan Palembang. Achsanul optimistis Indonesia bisa menuntaskan tiga stadion lainnya dalam dua tahun ke depan.

"Terlepas dari itu, Indonesia pernah memiliki keinginan karena satu-satunya cara kita tampil di Piala Dunia adalah menjadi tuan rumah. Kalau ikut babak penyisihan rasanya berat," kata Achsanul.

Tuan rumah Piala Dunia 2022 dan 2026 telah terpilih. Oleh karena itu, peluang terdekat Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia adalah pada 2030. Achsanul menilai Indonesia sangat memungkinkan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2030. Kini Indonesia harus melengkapi infratrukturnya, yang terutama adalah sistem transportasi massal. 

"Indonesia itu termasuk negara dengan euforia sepak bola tertinggi di dunia. Anda bayangkan di Indonesia ada penyelenggaraan Piala Dunia. Piala Dunia di luar negeri saja banyak penonton dari Indonesia," ujar mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Pemerintah harus ikut terlibat dalam mewujudkan keinginan menjadi tuan rumah Piala Dunia. Jika berhasil, maka Piala Dunia akan memberikan dampak yang sangat positif bagi Indonesia.

"Membahagiakan rakyat Indonesia itu sangat mudah. Sepak bola adalah caranya," kata Achsanul.

Persiapan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia tidak mudah. Pemain dan infrastruktur termasuk dua hal yang harus dipersiapkan secara sangat baik. Negara harus terlibat dalam menyiapkan dua hal tersebut.

Kompetisi yang Baik

Sejak merdeka, tim nasional Indonesia belum pernah tampil di Indonesia. Bermain di Piala Dunia seperti mengharapkan sesuatu yang mustahil terjadi. Apalagi jika melihat performa tim nasional Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Berprestasi di kawasan Asia Tenggara saja sulitnya bukan main.

Namun demikian, kita harus optimistis tim nasional Indonesia bisa memiliki level yang kredibel untuk bermain di Piala Dunia. Ini bisa terwujud jika Indonesia memiliki kompetisi yang berjalan baik.

Kompetisi yang baik juga harus berjalan harmonis dengan pengembangan sepak bola usia dini dan berjenjang. Ini yang sering terputus. Akibatnya, tim nasional Indonesia tidak memiliki pemain-pemain bertalenta bagus.

"Jangan pernah meragukan kemampuan kita. Jika kita memutar kompetisi secara baik, 10 tahun saja, dijamin kompetisi akan menghasilkan pemain-pemain timnas yang tangguh," ujar Achsanul. 

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas