Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Pesta Bola

Piala Dunia 2018

Ketika Para Bule Angkat Topi untuk Timnas Jepang

zoom-in Ketika Para Bule Angkat Topi untuk Timnas Jepang
Twitter @FIFAWorldCup
Pemain Timnas Jepang pencetak gol kedua ke gawang Timnas Belgia, Takashi Inui terduduk lesu di tengah lapangan usai timnya dikalahkan lawan pada laga babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rostov Arena, Rusia, Selasa (3/7/2018) dini hari WIB. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Deodatus Pradipto dari Nizhny Novgorod

TRIBUNNEWS.COM, NIZHNY NOVGOROD - Respek. Sungguh tak bisa dipercaya. Luar biasa. Pertandingan terbaik sejauh ini.

Itulah beberapa respons turis-turis dari mancanegara yang bersama saya menyaksikan siaran pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2018 antara Tim Nasional Belgia dan Jepang, Selasa (2/7/2018) malam waktu Nizhny Novgorod, Rusia, atau Rabu (3/7/2018) dini hari WIB.

Bergelas-gelas bir tinggi menemani kami menonton pertandingan itu lewat dua televisi layar datar besar.

Hujan mengguyur Nizhny Novgorod sejak pukul 21.00 sehingga bir makin cocok untuk menghangatkan tubuh kami.

Turis-turis mancanegara yang menonton bersama saya di sebuah restoran di pusat kota Nizhny Novgorod ini kebanyakan dari Benua Eropa.

Hanya saya yang berasal dari Benua Asia.

Saya satu-satunya orang Indonesia di antara para bule.

Baca: Valentina Pandu Pengunjung Pakai Yandex Translater

Satu di antara bule itu adalah Klaus.

Dia seorang pria asal Hamburg, Jerman.

Semua rambut di kepalanya beruban.

"Saya salut kepada para pemain Jepang. Mereka bermain sangat bagus malam ini. Lihatlah bagaimana Belgia dibuat benar-benar kerepotan," kata Klaus.

Timnas Jepang sempat unggul 2-0 lewat gol-gol cantik dari Genki Haraguchi (48') dan Takashi Inui (52').

Kemenangan yang telah di depan mata memudar setelah De Rode Duivels, julukan Timnas Belgia, mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 lewat gol Jan Vertonghen (69') dan Marouane Fellaini (74').

Tim Samurai Biru akhirnya harus menelan pil yang sangat pahit.

Pemain Timnas Jepang, Maya Yoshida (tengah) bersama rekan-rekannya saat laga melawan Timnas Belgia pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rostov Arena, Rusia, Selasa (3/7/2018) dini hari WIB.
Pemain Timnas Jepang, Maya Yoshida (tengah) bersama rekan-rekannya saat laga melawan Timnas Belgia pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Rostov Arena, Rusia, Selasa (3/7/2018) dini hari WIB. (Twitter @FIFAWorldCup)

Di detik-detik terakhir sebelum berakhirnya injury time babak kedua, Timnas Belgia mampu meraih kemenangan lewat gol Nacer Chadli.

"Jepang sungguh luar biasa," kata Klaus yang mendukung Timnas Jepang karena ada Shinji Kagawa yang bermain di klub Jerman, Borussia Dortmund.

Tak lama melintaslah Vlad, seorang pria asal Kroasia, di depan kami.

Baca: Igor Akinfeev dan Kawan-kawan Pahlawan Rusia

Dia tiba-tiba berkomentar, "Sungguh pertandingan yang luar biasa. Selama Piala Dunia 2018, ini pertandingan yang paling menarik."

Layaknya penonton sepak bola, Vlad mengkritik Roberto Martinez, pelatih Timnas Belgia.

Menurut Vlad, pelatih asal Spanyol itu salah memberikan posisi deep-lying midfielder kepada Kevin De Bruyne.

"Sepanjang musim De Bruyne bermain bebas di bawah arahan Pep Guardiola. Lihatlah sekarang. Sejak pertandingan pertama si pelatih selalu menerapkan strategi yang sama," kata Vlad.

Sikap pencinta sepak bola mungkin terbelah.

Ada yang mengharapkan Timnas Belgia terus melaju karena materi pemainnya lengkap, ada yang berharap Timnas Jepang melaju karena mengharapkan faktor kejutan.

Namun demikian, Timnas Jepang layak menjadi contoh kebangkitan persepakbolaan di sebuah negara, terutama di Benua Asia.

Sudah jadi cerita lama Benua Asia tak pernah mencapai babak final Piala Dunia.

Tim Asia tersukses di Piala Dunia sejauh ini adalah Korea Selatan.

Mereka berhasil mencapai babak semi-final pada Piala Dunia 2002 saat menjadi tuan rumah bersama Jepang.

Baca: Gara-gara Suka Bola dan Traveling, Andre Bikin Trip ke Piala Dunia 2018

Babak 16 besar adalah pencapaian terbaik Timnas Jepang dari enam partisipasinya di Piala Dunia.

Mereka meraih pencapaian ini pada 2002, 2010, 2014, dan 2018.

Itu artinya Timnas Jepang selalu menembus fase gugur Piala Dunia tiga kali beruntun.

Melihat Timnas Indonesia bermain di Piala Dunia sampai sekarang hanya jadi angan-angan.

Oleh karena itu, kita harus bercermin kepada Jepang.

Kita harus belajar cara mereka mengembangkan persepakbolaan di negaranya.

"Ketika memikirkan pengembangan pemain, ada sebuah motto yang harus kami tanam. Motto itu adalah pemain adalah yang utama," begitu yang saya kutip dari laman JFA, PSSI-nya Jepang.

Mental orang Jepang memang terlatih untuk jadi orang yang bermental baja.

Masalah dan kesulitan pasti datang, namun mereka tetap memegang teguh motto pengembangan pesepak bola.

"Masalah pasti datang, namun kami harus berusaha mengatasi masalah dan kesulitan itu dan selalu memikirkan hal yang terbaik untuk anak-anak," kata JFA.

Baca: Kagum Budaya Baca Orang Rusia

Buah dari motto dan keteguhan hati orang Jepang telah terbukti.

Tengok saja materi pemain mereka saat ini.

Sebanyak 14 dari 23 pemain yang terpilih ke Piala Dunia 2018 bermain di kompetisi Eropa.

Klub-klub yang mereka bela bahkan tidak sembarangan karena bermain di kompetisi level tertinggi di negara itu.

Ada yang bermain di Premier League, Bundesliga, Ligue 1, dan La Liga.

Baca: Ketika Urusan Buang Hajat Begitu Mahal

Sisanya bermain di J League, satu dari sekian terbaik di Asia.

"Asal kamu dari mana? Timmu tidak ikut Piala Dunia, ya," tanya Klaus sambil tersenyum saat kami berkenalan sambil menyaksikan pertandingan antara Timnas Belgia dan Jepang. (*)

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas