Laporan wartawan Tribun Deodatus Pradipto dari Saint Petersburg
Selama berada di Nizhny Novgorod, semua pendukung tim nasional Argentina yang saya temui selalu mengungkapkan hal yang sama soal kekalahan tim kesayangannya di babak 16 besar Piala Dunia 2018. Mereka sedih dan kecewa.
Daniel satu di antaranya. Saya bertemu dengan Daniel di restoran kereta dalam perjalanan dari Nizhny Novgorod ke Saint Petersburg, Sabtu (7/7).
Daniel akan turun di Moskow, sedangkan saya lanjut ke Saint Petersburg.
Karena duduk bersebelahan, kami berkenalan. Soal negara asal adalah pertanyaan paling jamak untuk memulai basa-basi di antara orang-orang asing selama Piala Dunia 2018.
Dari pertanyaan itulah saya tahu asal Daniel. Jawabannya membuat saya melontarkan pertanyaan agak meledek. "Kamu akan menonton pertandingan semi-final? Tentu tidak, kan," kata saya.
Daniel lalu tertawa dan membenarkan perkataan saya. Dia kemudian mencurahkan perasaannya soal kegagalan tim nasional Argentina di Piala Dunia 2018.
"Saya sedih sekali tim kami tersingkir begitu cepat," ungkap Daniel.
Sebagai pendukung tim nasional Argentina, Daniel memaparkan alasan-alasan penyebab kegagalan Lionel Messi, dkk. Alasan pertama adala AFA, PSSI-nya Argentina.
"Mereka korup dan sering mengganti pelatih. Bayangkan, Argentina dilatih oleh empat pelatih berbeda dalam empat tahun terakhir," ujar Daniel yang sepintas perawakannya mirip Pablo Zabaleta, mantan bek Manchester City dan tim nasional Argentina.
Dalam empat tahun terakhir Tim Tango dilatih oleh Alejandro Sabella, Gerardo Martino, Edgardo Bauza, dan kini Jorge Sampaoli. Empat pelatih itu tak ada yang mampu menghadirkan prestasi, apalagi Sampaoli. Sampaoli bahkan disebut-sebut sebagai biang keladi kegagalan Tim Tango di Rusia. Daniel bahkan bilang masyarakat Argentina tidak menyukai Sampaoli.
"Sampaoli memang pelatih bagus, tapi entah mengapa selama Piala Dunia ini dia melakukan banyak hal aneh," ujar pria asal Parana, ibu kota provinsi Entre Rios, Argentina itu.
Ada sejumlah keputusan aneh yang dilakukan oleh Sampaoli. Satu di antara adalah dia memanggil sejumlah pemain ke skuat untuk Piala Dunia 2018, namun jarang memberikan kesempatan bermain, malah ada yang tidak dimainkan sama sekali. Contohnya adalah Enzo Perez.
Pemain River Plate itu dipanggil untuk menggantikan Manuel Lanzini beberapa hari sebelum tim nasional Argentina berangkat ke Rusia. Manuel Lanzini mengalami cedera sehingga digantikan Perez.
"Bagaimana ceritanya. Lionel Messi biasa bermain dengan Lanzini sedangkan Perez telat bergabung dengan tim," ujar Daniel.
Terkait Lionel Messi, masa depannya bersama tim nasional Argentina belum jelas. Messi belum mengambil keputusan soal kariernya di tim nasional. Messi sempat mundur dari tim nasional, namun kembali. Rumor yang beredar Messi ingin mundur lagi setelah Piala Dunia 2018.
Di sepanjang kariernya, Messi belum pernah menyumbangkan prestasi untuk tim senior Argentina. Messi malah empat kali harus merasakan pahitnya status runner-up bersama tim Tango. Itu terjadi pada Copa America 2007, Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario pada 2016.
"Memang Messi meraih prestasi yang lebih baik bersama Barcelona, namun saya suka melihat Messi bermain," kata Daniel.
Daniel bilang Lionel Messi adalah pemain terbaik di Argentina saat ini, bahkan di dunia. Menurut Daniel sejauh ini belum ada pemain Argentina yang bisa mendekati level permainan Messi.
"Paulo Dybala masih muda, tapi levelnya masih jauh dari Messi," ujar Daniel. (Tribunnews/Deodatus Pradipto).