Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Selebrasi Lokal 2022

Piala Dunia 2022 Qatar: Panggung Ketidakpastian

Al Rihla, bola resmi Piala Dunia 2022, telah mulai bergulir usai upacara pembukaan di Qatar

Editor: Yudie Thirzano
zoom-in Piala Dunia 2022 Qatar: Panggung Ketidakpastian
AFP/KHALED DESOUKI
Ekspresi pemain depan Timnas Argentina, #10 Lionel Messi (kedua kanan) dan rekan setimnya di akhir laga sepak bola Grup C Piala Dunia 2022 antara Argentina melawan Arab Saudi di Stadion Lusail, di Lusail, utara Doha, Qatar, Selasa (22/11/2022). Argentina kalah 1-2 dari arab Saudi. AFP/KHALED DESOUKI 

Oleh Willy Kumurur
Penikmat bola

TRIBUNNEWS.COM - Al Rihla, bola resmi Piala Dunia 2022, telah mulai bergulir usai upacara pembukaan di Qatar.

Nama bola itu dalam bahasa Arab adalah perjalanan, akan menjadi saksi bisu dari perjalanan nasib negara-negara yang berpartisipasi dalam perhelatan akbar di negeri yang berpendapatan perkapita 1,7 miliar rupiah dan yang mempunyai Indeks Pembangunan Manusia sangat tinggi, yaitu 0,848.

Delapan stadion megah di negeri bekas protektorat Inggris (1916-1970), menjadi pentas teater dunia dalam mana Al Rihla akan ditendang oleh 352 pesepakbola dari 32 negara, ditambah 480 pemain cadangan.

Sepakbola adalah teater dunia, ujar Horst Bredekamp, sejarawan seni bangsa Jerman.

Baca juga: Alasan Kenapa Injury Time di Piala Dunia 2022 Qatar Berlangsung Sangat Lama

Penulis Austria, Egyd Gstättner, menulis, “Bagi pemain bola, sepakbola adalah olahraga (dan pekerjaan serta bisnis), namun bagi yang bukan pemain, sepakbola adalah seni, seni hidup.” Seolah mendukung pendapat Gstättner, penyanyi regae Bob Marley, mengatakan bahwa sepak bola adalah kebebasan, bola adalah seluruh alam semesta.

Di teater dunia itu akan muncul bintang-bintang muda yang kelak menggantikan pemain-pemain senior yang bintangnya mulai meredup.

BERITA TERKAIT

Para punggawa bola kini tengah memperebutkan Al Rihla di gelanggang.

Mereka berlari dan berlari.

Apakah yang mereka cari? Kemenangan? Apakah yang manusia cari? Filsuf Plato menjawabnya di dalam bukunya Symposion, Intisari dari manusia adalah pencarian, ujarnya.

Manusia adalah mahluk yang terus-menerus mencari, tanpa pernah menemukan apa yang dicarinya. Ia memperoleh, tanpa pernah memiliki. Menurut Plato, manusia mesti bangga, dan mesti merayakannya, sebab inilah kekuatan manusia yang membedakan dengan para dewa. Sikap ini juga adalah tanda kerendahan hati.

Orang yang terus mencari berarti akan terus belajar. Ia takkan pernah puas atas hal-hal yang ia ketahui.

Dorongan untuk terus mencari ini, ujar Plato, adalah juga dorongan untuk tiba pada keabadian.

Dan keabadian itu, terefleksi melalui karya dan karsa manusia, meski usianya di dunia ini terbatas, tak abadi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Klasemen
Group A
Tim
P
1
Belanda
7
2
Senegal
6
3
Ecuador
4
4
Qatar
0
Group B
Tim
P
1
Inggris
7
2
Amerika serikat
5
3
Iran
3
4
Wales
1
Group C
Tim
P
1
Argentina
6
2
Poland
4
3
Mexico
4
4
Saudi Arabia
3
Group D
Tim
P
1
Prancis
6
2
Australia
6
3
Tunisia
4
4
Denmark
1
Group E
Tim
P
1
Jepang
6
2
Spanyol
4
3
Jerman
4
4
Costa Rica
3
Group F
Tim
P
1
Morocco
7
2
Croatia
5
3
Belgia
4
4
Canada
0
Group G
Tim
P
1
Brazil
6
2
Swiss
6
3
Cameroon
4
4
Serbia
1
Group H
Tim
P
1
Portugal
6
2
Korea Selatan
4
3
Uruguay
4
4
Ghana
3
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas