Ketua Umum GP Ansor Tanggapi Gus Mus Soal Ma'ruf Amin Harus Mundur Sebagai Rais Aam PBNU
Meski begitu setahu Yaqut Ma'ruf tidak perlu mundur dari jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menanggapi pernyataan K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus terkait jabatan bakal calon wakil presiden Ma'ruf Amin sebagai Rais Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Senada dengan Gus Mus, pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu menilai jika mundurnya Ma'ruf sebagai Rais Aam adalah sebuah keniscayaan.
"Karena AD ART mengatur bahwa pejabat apa pun di level di PBNU itu kalau dipercaya di jabatan lain menjadi calon wakil presiden, calon bupati, calon gubernur dan seterusnya memang harus mundur," kata Gus Yaqut di depan kediaman Ma'ruf di jalan Lorong 27 Koja, Jakarta Utara pada Senin (13/8/2018).
Meski begitu setahu Yaqut Ma'ruf tidak perlu mundur dari jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia.
"Namun kalau di MUI setahu saya tidak. Setahu saya. Jadi beliau tetap di MUI," kata Yaqut.
Yaqut juga mengatakan kalau saat ini orang yang akan menggantikan posisi Ma'ruf belum ditentukan.
"Ya belum, karena nanti melalui mekanisme rapat di PBNU," kata Yaqut.
Sebelumnya Gus Mus menilai kalau secara etika seharusnya Ma'ruf mundur dari jabatannya sebagai Rais Aam PBNU.
"Dia (Ma'ruf Amin, red) itu kan Rais Aam, ya etikanya, saya nggak tahu aturannya ya, kalau sudah menjabat sebagai (calon) wakil presiden ya mundurlah. Masa Ma'ruf Amin mau merangkap tiga jabatan, Ketua MUI, Rais Aam PBNU, wakil presiden, ya itu nggak etislah," kata Gus Mus sebagaimana dikutip dari KompasTV pada Jumat (10/8/2019).