Kubu Jokowi Ajak Semua Pihak Menyejukkan Tahun Politik Dengan Mengakhiri Penyebaran Hoax
Hal ini guna menanggapi hasil survei Polmark Indonesia bahwa hoax menjangakau mayoritas pengguna media sosial.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Maman Imanulhaq mengajak semua pihak menghentikan penyebaran berita bohong atau hoax di media social.
“Terutama di tahun politik sekarang ini, hoax akan memanaskan situasi dan memicu pertakaian di masyarakat,“ tegas Anggota Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu kepada Tribunnews.com, Kamis (30/8/2018).
Hal ini guna menanggapi hasil survei Polmark Indonesia bahwa hoax menjangakau mayoritas pengguna media sosial.
Polmark memaparkan hasil sejumlah survei yang dilakukan sejak 15 Januari 2016 sampai 11 Juni 2018 dalam forum diskusi bertajuk “Pemilu dan Potensi Retaknya Kerukunan Sosial” di Jakarta, Rabu, 29 Agustus 2018.
Hasi survei Polmark Indonesia menunjukan, sebanyak 21 ,2 persen responden sering menemukan hoax di media social dan 39,6 persen responden mengaku jarang mendapati hoax. Dengan demikian hoax menjangkau 60,8 persen pengguna media social dengan intensitas berbeda.
Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) ini menegaskan, hasil survei tersebut menunjukan betapa hoax sudah begitu marak di media sosial.
Karenanya, ia mengajak semua pihak untuk menyejukkan tahun politik sekarang ini dengan mengakhiri penyebaran hoax .
“Kalau hoax dibiarkan terus semakin menjadi–jadi berarti kita sengaja menunggu keadaan bertambah genting dan perselisihan di masyrakat semakin meruncing,” ujar dia.
Untuk itu Maman Imanuhaq mengingatkan, jika pertentangan di masyarakat begitu tajam, maka Pilpres akan menyisakan ‘luka’ yang pemulihannya memakan waktu lama.
“Kita tidak ingin terjadi polarisasi yang mencolok di Pilpres tahun depan, karena itu marilah dengan kesadaran penuh kita hentikan pembuatan dan penyebaran hoax,” kata mantan anggota DPR RI ini.
Maman pun mencontohkan terjadinya keretakan kerukunan warga Ibu Kota selama dan sesudah pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta 2017.
Maman berharap apa yang terjadi di Pilkada Jakarta tak terulang pada Pilpres tahun depan.
Lembaga Riset PolMark Indonesia memaparkan kerukunan sosial rusak akibat pemilihan umum. Berdasarkan survei yang dilakukan selama 2 tahun terakhir.
Direktur Riset PolMark Indonesia Eko Bambang Subiyantoro mengatakan, terjadi peningkatan potensi rusaknya kerukunan sosial selama 2014-2017. Berdasarkan hasil survei PolMark saat Pemilihan Presiden 2014 dan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
Berdasarkan survei Pilpres 2014, ada 95,2 persen pemilih yang mengaku tidak rusak hubungan pertemanannya pasca pemilihan saat itu. Sementara di survei 2017 ada 93,8 persen responden menyebut hal yang sama.
Eko menerangkan, berdasarkan survei yang dilakukan di Jakarta, hoax dapat mempengaruhi kerukunan antar pemilih. Misal, peredaran hoax melalui media sosial ternyata cukup tinggi.
Sebanyak 21,2 % pemilih yang menggunakan media sosial menemukan informasi yang mereka terima melalui media sosial ternyata bohong, fitnah atau hoax. Sementara 39,6% pemilih pengguna media sosial lainnya mengaku jarang dan sangat jarang menemukan hal serupa.(*)