Pengamat Duga Ada HTI Di Balik #2019GantiPresiden
Robi mengatakan, HTI hanya memanfaatkan gerakan ini untuk tujuan kekacauan di negeri ini
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Intelijen dan Keamanan UIN Syarif Hidayatullah, Robi Sugara menduga ada peran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan kelompok ISIS dibalik #2019GantiPresiden.
Robi mengatakan, HTI hanya memanfaatkan gerakan ini untuk tujuan kekacauan di negeri ini.
Baca: Komnas HAM Belum Terima Laporan Gerakan #2019GantiPresiden yang Ditolak Deklarasinya
Strategi HTI memanfaatkan kekacauan ini mirip dengan yang dilakukan oleh ISIS di Suriah.
Menurutnya, ada dua keuntungan bagi HTI ketika memanfaatkan gerakan ini.
"Pertama, jika terjadi benturan antara dua kelompok yang kemudian terjadi konflik berdarah, HTI akan mengkonsolidasikan kader-kadernya untuk melakukan pergerakan pergantian sistem pemerintahan di Indonesia," ucapnya melalui keterangan tertulis yang didapat Tribunnews.com, Jumat (7/9/2018).
"Kedua, adalah ketika gerakan ini berhasil menggulingkan Jokowi, maka kampanye selanjutnya akan mengatakan bahwa presiden berganti tidak akan ada perubahan selagi sistemnya tidak digantikan dengan khilafah," tambahnya.
Direktur Indonesian Muslim Crisis Center itu turut menjelaskan gerakan HTI.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) adalah gerakan transnasional yang sudah dilarang di semua negara-negara Muslim di dunia kecuali di negara liberal seperti Inggris.
"Bersyukur sebelum terjadi perang saudara di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pemerintah Indonesia sudah membubarkannya. Organisasi ini dilarang karena akan memunculkan konflik horizontal sesama anak bangsa Indonesia yang beragama suku, bahasa, agama, dan budaya," tuturnya.
Kelompok ini memanfaatkan kata Khilafah sebagai tameng gerakannya.
Dalam taktik yang sering digunakan kelompok esktermisme adalah taktik ini dinamakan religious shield (agama sebagai tameng) di mana, ketika orang Islam kontra terhadap gagasannya menegakkan khilafah disebut sebagai anti-Islam.
"Oleh karena itu, ikut serta dalam pemilihan umum dengan mencoblos calon legislatif atau presiden, tidak pernah dilakukan oleh kader HTI. Bukan golput karena sikap politik, tapi ikut serta dalam pemilihan umum adalah haram," kata Robi.
Dia mencontohkan, HTI berperan dalam konflik yang terjadi di Suriah dan beberapa di antaranya bergabung dengan ISIS.