Mbak Titiek: Kerukunan Akan Membawa Ketenangan dalam Hubungan Persaudaraan
Keduanya secara terbuka bakal memenangkan Prabowo-Sandiaga Uno lewat partai fusi: Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Warta Kota, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Konflik antar Keluarga Cendana, keluarga besar Presiden Republik Indonesia Soeharto; yang terjadi pada era tahun 90-an kini boleh dibilang tidak ada lagi.
Keluarga Cendana kini makin kompak dan rukun seiring dengan majunya mantan ipar mereka, Prabowo Subianto yang maju sebagai Calon Presiden (Capres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Kerukunan tersebut terlihat dari kompaknya Siti Hediati Hariyadi Titiek Soeharto dan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto yang tergabung dalam Partai Berkarya.
Keduanya secara terbuka bakal memenangkan Prabowo-Sandiaga Uno lewat partai yang merupakan fusi dari Partai Beringin Karya dan Partai Nasional Republik yang disahkan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Yasonna Laoly pada tanggal 15 Juli 2016 itu.
"Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD (Undang-Undang Dasar) 1945," tulis Titiek pada (26/9/2018).
Baca: Prabowo Maju di Pilpres, Keluarga Cendana yang Dulu Konflik Kini Makin Kompak
Sebelum kerukunan yang terlihat saat ini, konflik pernah terjadi di Keluarga Cendana. Salah satunya adalah konflik antara Mbak Tutut dengan Sigit soal perebutan tambang emas Busang pada tahun 1993.
Konflik itu bermula ketika seorang ahli geologi asal Filipina, Michael de Guzman mengabarkan temuan ribuan ton emas di kawasan Busang, pedalaman hutan Kalimantan Timur.
Sigit melalui perusahaan pertambangan miliknya, PT Panutan didampingi PT Bre-X Gold Mineral, perusahaan konsultan pertambangan milik Michael de Guzman kala itu melawan Mbak tutut yang digandeng PT Barrick Gold Corp memperebutkan Blok Busang.
Baca: Video Rekaman Bobotoh Keroyok Haringga Sirla Sudah Beredar Sebelum Laga Persib Vs Persija
Empat tahun berlalu, tepatnya tahun 1997, Presiden Soeharto mengubah regulasi terkait eksplorasi tambang Busang.
Pengeloaan tamang dibatasi, yakni PT Bre-X Gold Mineral sebesar 45 persen, sedangkan Freeport-McMoRan Copper & Gold sebesar 55 persen.
Seiring dengan ikut campurnya Freeport dalam proses eksplorasi, rahasia mulai terbongkar. Bukan emas yang ditemukan, tapi kebohongan besar Michael de Guzman dan PT Bre-X Gold Mineral.
Bersamaan dengan terkuaknya kebohongan, konflik keluarga pun berakhir.
Konflik keluarga juga pernah terjadi antara Bambang Trihatmodjo dengan Tommy Soeharto terkait proyek pengadaan mobil nasional.
Baca: Nama Romahurmuzy Disebut-sebut Dalam Dakwaan Korupsi Gratifikasi Kabupaten Kampar
Kali itu, Presiden Soeharto membuka keran impor mobil dari Korea Selatan dalam rangka proyek mobil nasional dengan memberikan lisensi kepada Tommy Soeharto lewat bendera perusahaan PT Timor Putra Nasional tahun 1996.
Sementara itu, dukungan juga diberikan Soeharto kepada Bambang yang tengah mengembangkan mobil nasional yang dijuluki Bimantara dan Cakra.
Konflik keduanya pun diduga menjadi penyebab kematian Ibu Tien yang dikabarkan terkena serangan jantung dan berakhir bersamaan dengan Rezin Orde Baru.
Ketiga mobil asal Korea itu pun gagal menjadi mobil nasional hingga saat ini.
Terlepas dari permasalahan di masa lalu, hubungan antar anak-anak Pak Harto kini makin rukun dan saling mendukung.
"Kerukunan itu akan membawa ketenangan dalam hubungan persaudaraan, dan akan memperkuat kehidupan keluarga' Soeharto Quote," tulis Titiek Soeharto di akun Instagramnya, Rabu (26/9/2018) lalu.