Elite PDIP: Hoaks Merupakan Bentuk Pembohongan Publik yang Brutal
"Pada dasarnya masyarakat tidak menyukai hoaks. Hoaks akan merupakan bentuk pembohongan publik yang brutal," katanya
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDI-Perjuangan, Andreas Hugo Pereira menegaskan pada dasarnya masyarakat tidak menyukai hoaks.
Hal itu, menurut Andreas Pareira terekam jelas dalam Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Selasa (23/10/2018).
Baca: Respon Survei LSI, Kubu Jokowi: Strategi Hoaks Gagal Total
LSI Denny JA merilis hasil survei bulan Oktober 2018 terkait Hoaks dan Efek Elektoral Kasus Ratna Sarumpaet. Efek dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet berimbas kepada sentimen negatif bagi pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Pada dasarnya masyarakat tidak menyukai hoaks. Hoaks akan merupakan bentuk pembohongan publik yang brutal, pembodohan masyarakat, yang berdampak merendahkan peradaban politik suatu bangsa," ujar anggota DPR RI ini kepada Tribunnews.com, Selasa (23/10/2018).
Oleh karena itu, Andrea Pareira menilai, tidak mengherankan apabila masyarakat menentang hoaks yang dilakukan Ratna Sarumpaet.
Ia pun bisa memahami jika kubu Prabowo-Sandiaga, mendapat dampak langsung dari hoaks Ratna Sarumpaet, karena termasuk anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Dan sentimen negatif dari kasus Ratna Sarumpaet berdampak pada klik politik Ratna Sarumpaet, yang juga adalah Jubir Capres Prabowo," jelasnya.
Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman memaparkan bahwa efek dari kasus hoaks Ratna Sarumpaet berimbas kepada sentimen negatif bagi pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Sebanyak 17,9 persen responden memilih lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi, sementara 11,6 persen lebih mendukung, 49,8 persen mengtakan sama saja, dan 20,7 persen menjawab tidak tahu," ujar Ikrama di Graha Rajawali, Jakarta Timur, Selasa (23/10/2018).
Ikrama melanjutkan, bagi kubu Jokowi-Ma'ruf, kasus hoaks Ratna Sarumpaet memberikan sentimen positif.
"Persentasenya sebanyak 25 persen lebih mendukung Jokowi-Ma'ruf, 48,8 persen tetap mendukung, 6,6 persen lebih tidak mendukung, dan 19,6 persen tidak tahu," tambahnya.
Adapun hoaks baik itu Ratna Sarumpaet ataupun hoaks yang lain, dikatakan Ikrama, tidak disukai oleh masyarakat.
"Sebesar 75 persen publik menyatakan kekhawatiran mereka terkait hoaks secara umum, dan untuk kasus Ratna Sarumpaet, terbukti sebanyak 89,5 persen responden menyatakan tidak suka," pungkasnya.
Atas hal itu pula, Ikrama Masloman menyatakan pasangan Jokowi-Ma'ruf masih unggul ketimbang pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Pada survei Oktober 2018, Jokowi-Ma'ruf memeroleh presentase 57,7 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 28,6 persen," ujarnya.
Hasil tersebut, dikatakan Ikrama, sejalan dengan tren dukungan bagi keduanya, meskipun tidak terlalu siginifikan.
Baca: Mardani Sarankan Penyelenggara Pemilu Kreatif Tingkatkan Partisipasi Pemilih di Pemilu 2019
"Tren dukungan pasangan Jokowi-Ma'ruf meningkat 4,5 persen dari bulan September sebesar 53,2 persen," tambahnya
Sementara bagi pasangan Prabowo-Sandiaga, dikatakan Ikrama, pasca kasus hoaks Ratna Sarumpaet, tren dukungan cenderung menurun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.