Klarifikasi Atau Minta Maaf Harus Dilakukan Prabowo Guna Turunkan Tensi Politik
Namun demikian, Arlan Siddha mengatakan, permintaan maaf ini tidak otomatis semua menjadi baik-baik saja.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Permintaan maaf yang dilakukan Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto kepada publik tentang "tampang Boyolali" menjadi itikad baik dari Prabowo dalam suasana tahun politik seperti ini.
Demikian pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha mengatakan kepada Tribunnews.com, Kamis (8/11/2018).
"Langkah klarifikasi atau meminta maaf harus dilakukan untuk menurunkan tensi politik. Juga bisa meredam," ujar Arlan Siddha.
Namun demikian, Arlan Siddha mengatakan, permintaan maaf ini tidak otomatis semua menjadi baik-baik saja.
Terutama, kata dia, persepsi publik, khususnya warga Boyolali kepada Prabowo terkait yang sudah dikatakan "tampang Boyolali".
"Pak Prabowo mungkin bisa dimaafkan oleh masyarakat Boyolali tapi bekas rasa sakit akan terus diingat terlebih tahun ini tahun politik masyarakat akan membuat catatan tersendiri pada pak Prabowo," jelas Arlan Siddha.
Untuk itu menurut Arlan Siddha, kubu Prabowo-Sandiaga Uno perlu kerja keras untuk membuat citra Ketua Umum Gerindra itu kembali positif di mata publik, khususnya di Boyolali.
"Terutama pada strategi politik pemasaran pak Prabowo di Boyolali," jelas Arlan Siddha.
Baca: Presiden Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Kepada Enam Tokoh
Melaui vlog bersama kordinator Juru bicara Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, Prabowo menyampaikan permintaan maaf apabila ada yang tersinggung dengan pidatonya tersebut.
"Saya tidak maksud menghina, Tapi kalau ada yang merasa tersinggung saya minta maaf," kata Prabowo dalam vlog di akun Instagram Dahnil yang diunggah, Selasa malam, (6/11/2018).
Prabowo kemudian menjelaskan mengenai pidato tersebut. Pidato disampaikan dalam acara peresmian gedung yang pesertanya berasal dari kader partai mitra koalisi yang jumlahnya sekitar 400 sampai 500 orang.
Dalam pidato kurang lebih satu jam tersebut Prabowo mengatakan tidak ada sama sekali niatan untuk merendahkan warga Boyolali. Pernyataan 'Tampang Boyolali' tersebut merupakan gaya bicaranya yang merasa dekat dengan warga.
"Tidak ada niat sama sekali, itu kan cara saya bicara, familier, ya istilah bahasa bahasa sebagai orang temen," katanya.
Adapun menurut Prabowo pidato 'Tampang Boyolali' tersebut tersebar dalam cuplikan video yang hanya berdurasi dua menit. Padahal dalam pidato utuhnya ia berbicara mengenai masalah kesenjangan, ketimpangan, dan ketidakadilan.
"Itu bukan menghina, itu empati, kalau saya bicara tampang itu Boyolali, itu selorohnya empati, saya tahu kondisi kaluhan yang saya permasalahkan adalah ketidakadilan, kesenjangan, ketimpangan, dan Indonesia masih tidak adil, dan kalau saya disebut Tampang Bojong koneng terimakasih lah. Saya tidak maksud menghina," katanya.
Prabowo mengaku siap apabila ada yang menginginkan dialog, akibat pernyataannya tersebut. Malah menurutnya dialog harus dikedepankan dalam menyelesaikan permasalahan.
"Kalau ada dilaog langsung tidak ada masalah,baik baik saja, Demikrasi ya harus dinamis. Diaogis, kalau kita tidak boleh melucu seloroh, joking, bercanda, ya bosen. (*)