Pengamat: Perang Program Antara Jokowi dan Prabowo Belum Terjadi
Tiga bulan masa kampanye pasangan calon presiden dalam Pilpres 2019 kedua kubu belum menunjukan program-program andalannya dalam memikat hati pemilih.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga bulan masa kampanye pasangan calon presiden dalam Pilpres 2019 kedua kubu belum menunjukan program-program andalannya dalam memikat hati pemilih.
Baik kubu Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga menilai dalam tiga bulan ini belum terlihat adanya perang program dari kedua kubu.
Pengamat politik dari Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha, mengatakan kubu Prabowo saat ini masih sibuk mengkritik pemerintahan Jokowi tetapi belum mampu menyodorkan solusinya.
Baca: Kubu Prabowo-Sandiaga Bentuk Satgas untuk Antisipasi Terjadinya Kecurangan Pemilu 2019
"Hal-hal yang disampaikan baik oleh Jokowi dan Prabowo masih belum terlihat muncul perang program," ujar Arlan Siddha kepada Tribunnews.com, Jumat (21/12/2018).
Jokowi dan Prabowo juga masih membangun basis suara di beberapa wilayah.
Karena itu, agenda yang terjadi masih sibuk dengan deklarasi relawan di daerah.
Akibatnya banyak masyarakat belum mengambil keputusan pilihan.
Baca: Mahfud MD Ungkap Kunci Sukses Sportifitas Berdemokrasi Ala Gus Dur
"Hemat saya perang program akan mulai muncul pada debat pertama di bulan Januari nanti," prediksinya.
Namun dia menilai, sangat rugi pasangan Prabowo-Sandi masih belum menyampaikan program-program unggulannya kepada publik, sebagai pembanding petahana di sepanjang 2018.
"Pada kampanye yang dibangun oleh Prabowo belum terlihat arah program Indonesia kedepan terutama program-program unggulan yang paling tidak bisa menjawab kekekurangan pemerintah sekarang," ujar Arlan Siddha.
Baca: Fokus Genjot Serapan Anggaran, Anies Baswedan Tunda Pengumuman Hasil Lelang Jabatan
Selain itu, dia melihat Prabowo juga acapkali mengutarakan pernyataan-pernyataan yang kemudian menjadi kontroversi.
Hal ini menurut dia, bisa menjadi bumerang, semisal tentang Indonesia bubar atau Indonesia punah.
Mesin partai politik koalisi Prabowo juga dinilai, masih belum solid.
Terbukti dengan banyak partai pengusung di tingkat daerah pindah haluan ke petahana.