Jimly Asshiddiqie Prediksi Pilpres 2019 Akan Panas, Masyarakat Diminta Terbiasa dengan Konflik
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie prediksi Pilpres 2019 akan memanas.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie prediksi Pilpres 2019 akan memanas.
Hal itu disampaikan Jimly Asshiddiqie, pada diskusi media Dialektika ICMI bertema Tinjauan Konstitusi Preferensi Publik dalam Memilih Calon Pemimpin, di Jakarta, Rabu (9/1/2019).
"Pilpres ini memang tegang, tapi harus dikelola dengan rasional dan objektif," ujar Jimly.
Ia memprediksi, tiga bulan ke depan, Pilpres akan semakin memanas. Masyarakat diminta terbiasa dengan konflik. "Jadikan diri kita terbiasa dengan konflik. Waktu akan terjadi tiga bulan, akan makin panas," ucapnya.
Jimly menilai, menjelang pemilu, khususnya pilpres telah terjadi polarisasi politik dalam masyarakat.
Polarisasi, ucap Jimly, sudah ada sejak tahun 1945 ketika awal kemerdekaan dan pemerintahan baru. Polarisasi politik yang terjadi justru masih memiliki dampak positif yaitu membuat masyarakat semakin bijaksana serta rasional.
"Mendewasakan para pemilih agar tidak terbawa perasaan. Jangan mencintai berlebihan dan membenci secara berlebihan kandidatnya sebab itu tidak rasional," tutur Jimly.
Jimly menerangkan, Indonesia merupakan negara terbesar di dunia nomor empat. Meskipun budaya politiknya masih terasa feodal, Indonesia tetap adalah bangsa yang besar.
"Jangan berkecil hati dalam menghadapi dunia ini. Coba untuk optimis karena kita bisa jadi negara terbesar keempat di dunia," ujar Jimly.
Baca: Tak Puas, Kuasa Hukum OSO Bakal Bawa Putusan Bawaslu RI ke DKPP dan Gakkumdu
Jimly juga mengungkapkan tentang peniliaiannya agar masyarakat tetap dapat bergembira saat suasana menjelang pemilu 2019 yang memanas.
Jimly menuturkan, setiap kelompok masyarakat yang telah berhak mengikuti pemilu agar jangan sampai selalu bersikap terbawa perasaan atau "baper".
Bersikap tidak baper ketika menuju pemilu, ujar Jimly, maka dapat menuntun masyarakat sulit terprovokasi dan menolak menjelekkan lawan pilihan politiknya sehingga menghindari kebencian maupun permusuhan.