Millennial Diminta Tidak Lupakan Sejarah Tragedi 1997 dan 1998
Sejarah singkat, tragedi ini merupakan kerusuhan terhadap etnis yang juga diawali dengan krisis moneter di Asia.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masalah Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat terus digaungkan oleh para aktivis setiap kali pemilihan pemimpin negara. Namun tetap saja hal ini menjadi "pekerjaan rumah" yang tidak pernah tuntas.
Terlebih pada Kamis (17/1/2019) besok,tema hukum, HAM, korupsi dan terorisme bakal diangkat dalam debat pertama capres dan cawapres di Hotel Bidakara, Jakarta.
Menyinggung peristiwa 1997 dan 1998, kaum Millennial diminta tidak melupakan sejarah. Mereka juga diharapkan memaknai tragedi pada Orde Baru tersebut.
Sejarah singkat, tragedi ini merupakan kerusuhan terhadap etnis yang juga diawali dengan krisis moneter di Asia.
Ditambah Tragedi Trisaksi yang menewaskan mahasiwa saat berdemonstrasi. Diakhiri dengan penurunan jabatan Presiden Soeharto.
Aktivis 98, Harry Purwanto meminta kaum Millennial tidak acuh dengan sejarah bangsa. Kaum Millennial juga diminta mencari tahu soal tragedi 1997 dan 1998.
"Untuk teman-teman millennial, saya rasa mencari tahu soal 1997 dan 1998 itu tidak sulit. Itu semua sudah banyak di media sosial," tegas Harry Purwanto dalam forum diskusi "Tragedi 97-98 Jangan Amnesia" Selasa (15/1/2019).
Baca: Jelang Debat, Kubu Jokowi Soroti Penculikan Aktivis dan Kasus PT DGI
Aktivis 98 lainnya, Ferry Supriyadi melanjutkan kaum millennial sangat identik dengan era digital. Seluruh informasi soal tragedi 1998, bisa diakses dengan mudahnya.
Senada dengan kedua aktivis 98, pengamat politik Jerry Mesie juga berharap kaum Millennial tidak melawan lupa pada peristiwa sejarah.
"Jangan sampai melawan lupa. Sejarah itu akan diingat terus, diceritakan turun-temurun," tegas Jerry Mesie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.