Pengamat: Debat Pertama Pilpres 2019 Antiklimaks
Hendri Satrio menilai debat pertama Pilpres 2019 yang berlangsung 17 Januari 2019 lalu berlangsung antiklimaks
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Komunikasi Politik Hendri Satrio menilai debat pertama Pilpres 2019 yang berlangsung 17 Januari 2019 lalu berlangsung antiklimaks.
Hendri menyebut kedua pasangan capres dan cawapres seperti sama-sama takut membuat kesalahan.
“Keduanya sama-sama takut, Pak Joko Widodo sepertinya khawatir bila ada pertanyaan yang tak bisa dijawabnya, tapi ibarat main bulutangkis pengembalian dari Pak Prabowo Subianto tanggung,” ujarnya dalam rilis survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (22/1/2019).
Hendri mencontohkan pernyataan Jokowi yang menyebut dirinya tak mempunyai beban masa lalu untuk kembali memimpin Indonesia.
Baca: Warganet Soroti Isu Persekusi Terhadap Seorang Nelayan
“Kalau itu diucapkan Pak Jokowi di 2014 tidak apa-apa, tapi beliau calon petahana, tak mungkin ada beban apa-apa selama lima tahun, tapi tidak di-‘smash’ oleh Pak Prabowo,” tegas Hendri.
“Kemudian pertanyaan Pak Prabowo soal menteri yang bermasalah kemudian menyeberang ke Jokowi lalu tak ada kelanjutan hukumnya, juga dijawab biasa saja, antiklimaks pokoknya,” imbuhnya.
Hal yang sama menurutnya juga dilakukan Prabowo, padahal Hendri menegaskan bahwa mungkin ini kesempatan terakhir Prabowo untuk maju sebagai capres.
“Buat Prabowo ini seperti final, harusnya klimaks, dia harusnya bisa tampilkan yang wow, tapi saya tidak tahu maksudnya apa, termasuk joget dan pijet-pijetan itu,” ungkapnya.
Dan antiklimaks yang paling mengecewakan menurutnya adalah tak adanya pesan damai dari kedua belah pihak saat pernyataan penutup.
“Harusnya bisa dimanfaatkan untuk sampaikan pesan pemilu damai, tapi keduanya malah tidak memanfaatkan,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.