Ini Kata Putra Ma'ruf Amin Soal Doa Mbah Moen yang Sebut Nama Prabowo
Doa Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang Kiai Haji (KH) Maimun Zubair atau Mbah Moen, kepada Presiden Jokowi, sempat hangat dibicarakan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Doa Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang Kiai Haji (KH) Maimun Zubair atau Mbah Moen, kepada Presiden Jokowi, sempat hangat dibicarakan.
Pasalnya, muncul nama Prabowo dalam doa tersebut.
Bahkan, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon sempat puisi yang berjudul 'Doa Yang Ditukar'. Puisi Fadli Zon itu bahkan menimbulkan polemik di masyarakat.
Putra calon wakil presiden Ma'ruf Amin, Ahmad Syauqi atau akrab disapa Gus Syauqi, angkat bicara dan menjelaskan maksud doa Mbah Moen itu.
Baca: Ditinggal Mudik Pemiliknya, Sepeda Motor Vespa di Koja Raib Digondol Maling
"Kuncinya ada di kalimatnya. Kalau orang tidak mendengarkan seksama itu ada pemaknaan yang berbeda. Bukan saya ahli, tapi karena saya tahu. Yang saya perhatikan di kata-kata itu, Mbah Moen sangat menekankan, yang maknanya disampaikan Mbah Moen, yakni; bapak Presiden ini, itu Presidennya Pak Prabowo. Tapi dimaknai, digoreng, dipanggang kelamaan, Ini Bapak Presiden adalah Pak Prabowo," kata Gus Syauqi dalam diskusi di Markas Terpadu C19 Poros Nyata Laskar KH Ma'ruf Amin (Master C19 Portal KMA), Menteng, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Ia menegaskan, ada pesan yang ingin disampaikan Mbah Moen lewat perkataan seperti itu.
"Kenapa harus kata-kata yang rumit? Kata itu yang digunakan. Mbah Moen ini ngetes. Ngetes, siapa sih orang yang suka bahan hoaks. Sambil menasehati kita, yang dengar telaah betul. Udah hoaks dinikmati, udah tahu racun, kok dinikmatin," ungkap Gus Syauqi.
Karenanya, menurut Gus Syauqi dengan kejadian ini, tahu akhirnya siapa yang suka membuat hoaks.
"Kita sekarang bisa tahu lah siapa yang bikin hoaks itu. Kira-kira begitu. Saya menangkapnya begitu," jelasnya.
Ia juga menyebut, jika salah, maka lebih kepada bahasa Arabnya, bukan atas namanya.
"Kalau mau salah, ke susunan bahasa Arabnya. Bukan nama yang salah. Itu 1.000 kali dibacakan Mbah Moen, akan tetap seperti itu. Karena memang susunannya begitu. Tapi karena Mbah Moen ini sering mengingatkan orang melalui doa. Itu luar biasanya beliau," tutupnya.