Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Marak Hoaks dan Saling Fitnah Adalah Cermin Akumulasi Kegagalan Pendidikan Politik di Masyarakat

Syamsuddin menilai bencana pemilu seperti maraknya kabar bohong, dan saling fitnah merupakan cermin dari akumulasi kegagalan pendidikan politik

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Marak Hoaks dan Saling Fitnah Adalah Cermin Akumulasi Kegagalan Pendidikan Politik di Masyarakat
Danang Triatmojo/Tribunnews.com
Diskusi Tematik Bertajuk 'Hak Konstitusional Pemilih Dalam Negara Demokrasi' di Jenggala Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah sekitar lima bulan pelaksanaan kampanye pemilu sudah berjalan sejak 23 September 2018 lalu. Namun kampanye para kontestan Pemilu masih saja didominasi informasi hoaks dan fitnah.

Hal ini disayangkan oleh para pemerhati politik. Salah satunya ialah Pengamat Politik LIPI, Syamsuddin Haris.

Syamsuddin menilai bencana pemilu seperti maraknya kabar bohong, dan saling fitnah merupakan cermin dari akumulasi kegagalan pendidikan politik di tengah masyarakat.

Partai politik, lembaga negara dan elemen pemerhati sosial yang seharusnya mengedukasi masyarakat, belum bisa bertindak signifikan mengatasi hal tersebut.

"Bagaimana pun hal itu (fitnah, hoaks) tidak mendidik juga sekaligus membodohi rakyat. Ini adalah akumulasi kegagalan pendidikan politik yang mestinya dilakukan oleh parpol dan juga negara dan elemen civil society," kata Syamsuddin dalam diskusi di Jenggala Center, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (28/2/2019).

Publik sebagai subjek utama berhak atas kampanye mendidik, dan mengedukasi.

Baca: Kalla: Kalau Pak Jokowi Menang Tak Usah Khawatir, Kalau yang Sebelah (Menang) Saya Tidak Tahu

Pendidikan pemilih, kebangsaan, dan cinta tanah air masih terasa begitu minim. Akibatnya minimnya edukasi itu, berita bohong dan fitnah jadi merajalela.

BERITA REKOMENDASI

"Ini minim sekali. Ketika minim, maka tumbuh sumbur adalah hoaks. Berita bohong. Itu logika sederhana saja," ujar dia.

Fenomena lain yang dia contohkan yakni adanya permusuhan di tengah masyarakat bila seseorang punya pilihan berbeda dengan sahabatnya. Padahal, perbedaan pilihan politik merupakan sesuatu yang tidak terelakkan.

"Begitu juga dengan pilihan politik, sesuatu yang tidak bisa kita elakkan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas