Salawatan Awali Nobar di Rumah Aspirasi, Hasto : Ini Dukungan Spiritual dan Moral kepada Maruf Amin
"Ini dukungan secara spiritual dan dukungan moral kepada Kiai Haji Maruf Amin," ujar Hasto di lokasi acara
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ribuan pendukung pasangan calon presiden nomor urut 01 Jokowi - Maruf Amin menggelar nonton bareng debat antar Cawapres di Rumah Aspirasi, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Minggu (17/3/2019).
Acara nonton bareng diawali dengan salawatan dan pengajian oleh kelompok santri, ulama dan habaib.
Baca: Terkait Program Pendidikan, Sandiaga Uno Janji Tingkatkan Kualitas Guru
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Maruf Amin, Hasto Kristiyanto mengatakan, khataman Al-Quran dalam acara ini, sebagai bentuk dukungan kepada Maruf Amin.
"Ini dukungan secara spiritual dan dukungan moral kepada Kiai Haji Maruf Amin," ujar Hasto di lokasi acara.
Hasto menerangkan, seluruh persiapan dilakukan dengan baik mengingat keseriusan Maruf Amin untuk menggunakan debat ini sebagai panggung politik bagi rakyat dengan menggunakan visi-misi.
Hasto meyakini, Maruf Amin sosok yang selama ini sudah mendengar aspirasi rakyat.
Dalam acara ini, mayoritas pendukung mengenakan sarung dan peci. Hasto mengenakan sarung dan peci dalam kesempatan ini. Menurut Hasto, acara nonton bareng ini juga digelar Festival Kain Nusantara.
"Kita bisa bayangkan nanti di PBB, Pak Jokowi dan Maruf Amin menyampaikan pandangan-pandangan politik internasional untuk perdamaian dunia yang berdasarkan Pancasila," imbuh Hasto.
Hal itu, ucap Hasto, mencerminkan keindonesiaan.
"Jadi kita rayakan bersama debat ini dengan bersama-sama mempopulerkan sarung KH Ma'ruf Amin," katanya.
Hasto menjelaskan bahwa Jokowi - KH Maruf Amin adalah representasi nasionalis-religius.
Baca: Terkait Benda Mencurigakan di Rumah Aspirasi, Polisi Telah Kirim Gegana dan Penjinak Bom
Dan hal ini membawa semangat Proklamator RI Bung Karno yang merumuskan Pancasila dan UUD bersama ulama dan religius.
"Untuk itu, inilah keindonesiaan kita. Jadi kami menampilkan kebudayaan kita yang mau tidak mau, suka tidak suka, seluruh tradisi keindonesiaan itu. Maka itu kepemimpinan yang menyatukan perpaduan antara umara dan ulama, ulama dan umara," imbuh Hasto.