Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sekjen PDIP: Pak Prabowo Lupa, Kritik Jual Beli Jabatan, Terpercik Muka Sendiri

Semua melalui sentuhan aplikasi teknologi digital, pelayanan publik, dan transparansi kepemimpinan publik.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Sekjen PDIP: Pak Prabowo Lupa, Kritik Jual Beli Jabatan, Terpercik Muka Sendiri
Tribunnews.com/Vincentius Jyestha Candraditya
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (24/7/2019). TRIBUNNEWS.COM/VINCENTIUS JYESTHA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendekatan kepemimpinan sistemik kedepankan kultur atau budaya organisasi merupakan langkah berkemajuan yang dilakukan Jokowi.

Semua melalui sentuhan aplikasi teknologi digital, pelayanan publik, dan transparansi kepemimpinan publik.

Demikian ditegaskan Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto mengomentari jalannya debat keempat Jokowi dan Prabowo, Sabtu (30/3/2019) malam.

"Kemajuan sistem tatapemerintahan inilah yang menjadi ciri Jokowi. Maka terhadap berbagai persoalan korupsi pun, pilihan Jokowi adalah kedepankan transparansi organisasi. Berbeda Pak Prabowo, selain terjebak pada memori persoalan masa lalu, praktis tidak ada perkembangan gagasan yang berarti," ujar Hasto.

Baca: TKN: Jokowi Visioner Siapkan Kemajuan Bangsa dengan Teknologi, Prabowo Disibukkan Retorika Pribadi

Hasto yang juga Sekjen PDIP ini menuturkan kritik keras Pak Prabowo pun terpercik ke muka sendiri.

"Dalam gagasan tentang pemerintahan yang baik, Pak Prabowo begitu tegas menentang praktek jual beli jabatan. Disinilah Pak Prabowo lupa, bagaimana rekomendasi calon gubernur Jawa Timur diperjualbelikan ke La Nyalla. Maka tanpa sadar, berlakulah peribahasa, menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri," katanya.

Dijelaskan bahwa menjadi pemimpin nasional memerlukan syarat matangnya kepribadian, konsistensi, dan stabilitas emosi serta kedewasaan budi pekerti.

BERITA REKOMENDASI

"Debat telah membuka tabir originalitas karakter pemimpin. Pak Prabowo berbicara pada masalah dan ketakutannya terhadap masalah. Maka seluruh persoalan yang diangkat Pak Prabowo tidak jauh berbeda dari apa yang telah disampaikan sejak tahun 2009. Sementara, Pak Jokowi bergulat dengan masalah, dan hasilnya adaah solusi, suatu investasi masa depan bagi negeri," kata Hasto.

"Rakyat melihat, Jokowi dalam kesederhanaanya terus menata negeri, optimis, mampu memadukan gagasan realistis, dan visioner, sementara Prabowo pada memori lama tanpa pesona," Hasto menambahkan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas