Eksponen Muda Muhammadiyah Optimis Milenial Muhammadiyah Pilih Jokowi
Pernyataan milenial Muhammadyah dukung Jokowi bukanlah mengada-ada dan bukan isapan jempol belaka.
Editor: Hasanudin Aco
Tingkat kepuasan, kata Danis dirasakan hampir pada semua bidang pemerintahan. Kepuasan tertinggi dirasakan pada sektor ekonomi dengan 86.5%, Bidang pendidikan 85.0%, Bidang kesehatan 84,8%, Bidang keamanan dan hukum sebesar 83.7%.".
Danis melanjutkan, dukungan besar kaum milenial sejalan dengan elektabilitas Jokowi-Maruf Amin yang masih di atas Prabowo-Sandi.
Survei Indodata menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 54.8%, Prabowo-Sandi 32.5% dan yang tidak menjawab sebanyak 12.7%.
"Jika dihitung tanpa pemilih undicide voter, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf diprediksi 62.8% dan Prabowo-Sandi 37.2%," ungkapnya.
Danis menuturkan, dalam hasil survei yang dilakukan oleh Indodata juga menunjukkan jumlah masyarakat yang mengaku sebagai NU, Muhammadiyah dan lainnya meningkat 5% sampai 20%.
Keadaan ini memperlihatkan bahwa politik identitas islam berdampak pada asosiasi organisasi keagaaman muslim Indonesia.
"Pemilih muslim memiliki karakter inklusif karena mayoritas aktif pada organisasi lainnya selain organisasi keagamaan. Pemilih muslim Indonesia juga bersifat terbuka dengan mendukung demokrasi di Indonesia," ungkap Danis.
Ketika diminta keterangan soal ini, menurut Dr. Abdullah Sumrahadi, Koordinator Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB), visi kebangsaan dan keagamaan yang dimiliki Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin, di mata kalangan millenial Muhammadiyah, lebih sesuai bagi Indonesia, karena komitmen teguh mereka pada Pancasila, nilai-nilai agama yang moderat, serta budaya masyarakat Indonesia sejak lama, tak terkecuali orang Muhammadiyah.
“Warga Milenial Muhammadiyah merasa terpanggil untuk memberikan suara mereka. Sebab Muhammadiyah sendiri merupakan organisasi keagamaan yang moderat, komitmen pada kemajuan ilmu dan pembangunan masyarakat” ungkapnya.
Mencegah Radikalisme
Apa yang menggembirakan dari fenomena dukungan kalangan muda muhammadyah pada pasangan capres cawapres 01 ini adalah munculnya generasi baru Muhammadiyah yang melek politik.
Kalau pada fase-fase di belakang, partisipasi Muhammadyah pada proses politik umumnya didominasi tokoh-tokoh tua melalui sikap pribadi, kali ini justru berbeda.
Menurut Abdullah Sumrahadi, generasi baru ini lebih percaya diri tampil sebagai wakil organisasi, walaupun untuk itu kadang mereka dikritik oleh sebagian kecil tokoh-tokoh tua yang memiliki posisi politik berseberangan dengan sikap dan pandangan mereka.
Namun katanya pula, orientasi generasi baru ini pada dasarnya memperkuat posisi ideologis Muhammadiyah, baik sebagai organisasi dengan pandangan moderat maupun sebagai warga negara yang partisipatif, berkemajuan, dan memperkuat nilai-nilai Muhammadyah dalam keterlibatan dengan proses sosial politik.