Sepekan Jelang Pencoblosan, TKN Jokowi: Suara Sumatera Bisa Dikuasai
Hasto juga menyindiri setiap kampanye yang ditampilkan Prabowo, yang cenderung temperamental dengan mengeluarkan kata-kata kasar
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meyakini pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin akan merebut perolehan suara di Sumatera.
Meski diketahui, pada Pilpres 2014 lalu, Sumatera merupakan lumbung suara Prabowo.
"Kami yakni Sumatera bisa kuasai," tegas Hasto di sela safari di Kabupaten Sikka, Maumere, NTT, Selasa (9/4/2019).
Sekertaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf ini mengatakan, banyak peristiwa yang menunjukkan tingkat emosional calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto yang tempramental, sehingga menciptakan rasa tidak aman, rasa pesimisme terhadap rakyat.
Hal itu pula yang diyakini Hasto, suara masyarakat Sumatera akan beralih ke Jokowi-Ma'ruf.
"Bukan energi negatif dengan cara gebrak-gebrak meja," cetus Hasto.
Hasto juga menyindiri setiap kampanye yang ditampilkan Prabowo, yang cenderung temperamental dengan mengeluarkan kata-kata kasar, dan ketidakpantasan etis di hadapan publik.
Baca: Kubu 02 Klaim Massa 212 Hadiri Kampanye di GBK, Kopi Politik Syndicate Bilang Mengada-ada
"Sikap egonya dan tampilannya elit sekitarnya yang biasa dengan hoax dan fitnah, justru semakin memerburuk keseluruhan tampilan politik yang seharusnya positif dan penuh hal-hal baik," kata Hasto.
Padahal, kata Hasto, karakter pemimpin akan ikut menentukan kultur positif dan martabat bangsa.
Ia pun membandingkan dengan Joko Widodo yang selalu tampil sebagai sosok apa adanya, merakyat, visioner dan selalu bergulat dengan apapun persoalan rakyat sambil terus kedepankan optimisme, maka hal ini menghasilkan kultur bangsa yang bergerak maju dan mengejar prestasi.
"Sebaliknya, Pak Prabowo yang emosional dan sering keluarkan kata-kata yang tidak pantas, hadirkan ketakutan, kegelisahan akut, dan pesimisme," ujar Hasto.