Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bukan Putra Minahasa, Jokowi Dinilai Justru Jalankan Falsafah Sam Ratulangi

Menurut Umbas, karakter kepemimpinan Jokowi terbentuk dari nafas dan jiwa arus bawah sebagaimana Jokowi sejatinya berasal.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Bukan Putra Minahasa, Jokowi Dinilai Justru Jalankan Falsafah Sam Ratulangi
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Calon Presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi) melakukan kampanye terbuka dan Apel Akbar Kesetiaan Buruh Tegak Lurus untuk Jokowi di Bale Rame Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019). Pasangan Jokowi-Ma?ruf Amin menargetkan perolehan suara di Jawa Barat sebesar 60 persen. Tribun Jabar/Gani Kurniawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karakter kepemimpinan calon presiden (capres) 01, Joko Widodo (Jokowi) ibarat bumi dan langit jika dibanding capres 02 Prabowo Subianto.

Demikian disampaikan Wakil Kepala Rumah Aspirasi Jokowi-Amin, Michael Umbas di Jakarta, Selasa (9/4/2019).

"Jokowi selalu tampil penuh optimisme, menyatu dengan rakyat, menginspirasi dan visioner serta apa adanya. Sementara Prabowo cenderung menghadirkan pesimisme, ketakutan, emosional dan bahkan beberapa kali mengeluarkan kata-kata tak pantas," ujar Umbas.

Menurut dia, karakter kepemimpinan Jokowi terbentuk dari nafas dan jiwa arus bawah sebagaimana Jokowi sejatinya berasal.

Baca: Akui Dukung Jokowi, Ustaz Yusuf Mansur: Bukan Karena Tersandera, Bukan Cari Aman, dan Bukan Terpaksa

Ada falsafah terkenal dari Pahlawan Nasional asal Minahasa GSJJ Sam Ratulangi yaitu “Si Tou Timou Tumou Tou” atau manusia hidup untuk memanusiakan manusia lain.

"Banyak makna yang terkandung dari filosofi itu. Jokowi menjalankan falsafah Sam Ratulangi dengan menghadirkan program dan kebijakan yang mengangkat derajat manusia dan rakyat Indonesia tanpa membeda-bedakan asal-usul dan identitas," ujar Umbas.

Umbas mengatakan meskipun karakter Minahasa sebagaimana disebut Prabowo mengalir dalam dirinya melalui darah ibunya namun sesungguhnya falsafah Ratulangi yang mengusung konsep kemanusiaan yang tinggi tidak tampak dari Prabowo.

BERITA REKOMENDASI

"Sebut saja di Minahasa tidak ada budaya pemimpin marah-marah, membentak dan merendahkan yang lain apalagi rakyatnya sendiri," ujarnya.

Dikatakan bahwa nilai-nilai kultur ke-Minahasa-an yang meskipun egaliter tapi tetap sarat akan penghargaan nilai-nilai kemanusiaan.

”Tidak ada dalam sejarah Minahasa pemimpin gebrak-gebrak meja lalu membentak dan menakut-nakuti,” kata Umbas yang juga putra Minahasa.

Lebih jauh Umbas yakin rakyat mencermati setiap tampilan kampanye dan orasi dari Prabowo.
"Perkataan kasar hanya akan menjatuhkan kredibilitas pemimpin di mata rakyatnya," katanya.

Diberitakan sebelumnya bahwa belum lama ini, Prabowo menyebut Ibu Pertiwi sedang diperkosa. Tak hanya itu, muncul diksi “bajingan” dari mulut Prabowo ketika kampanye di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Senin (8/4/2019).


Jokowi selalu menyampaikan kalau demokrasi semestinya diisi kegembiraan. Bukan justru menakuti masyarakat atau menghadirkan narasi-narasi pesimisme.

“Jadi pesta demokrasi adalah kegembiraan, jangan sampai malah ada yang menakut-nakuti, jangan sampai ada yang pesimis, jangan sampai ada yang suka marah-marah,” kata Jokowi di Stadion Singaperbangsa, Karawang, Jawa Barat, Selasa (9/4/2019).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas