Mahfud MD Jawab Kritikan Rizal Ramli dan Said Didu Soal KPU, Ini Katanya
Rizal Ramli dan Said Didu ramai-ramai menulis kritikan untuk KPU yang juga dialamatkan pada Mahfud MD. Begini jawaban Mahfud MD.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Fathul Amanah
"Stlh hitung manual yg memuji maupun yg mencela IT KPU akan manggut2."
"Kuncinya kan di situ. Stlh itu giliran MK yg akan diserang."
"Itu ritual politik sejak tahun 2004. Bagus jg, sih, demokrasi."
"City semalam menang ya Pak @saididu," balas Mahfud MD.
Sebagaimana diketahui, Rabu (24/4/2019) kemarin, Mahfud MD menyambangi KPU untuk memastikan tak ada kecurangan yang dilakukan KPU, sebagaimana narasi yang banyak muncul di publik belakangan ini.
"Kami datang ke sini karena risih juga merasa terganggu dengan perkembangan terakhir di mana ada tudingan-tudingan dan dugaan yaitu terjadi kecuangan yang bersifat terstruktur di KPU," kata Mahfud di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat.
Menurut Mahfud, meskipun terjadi beberapa kesalahan entry data scan formulir C1 ke sistem Situng KPU, tetapi hal itu bukan berarti KPU curang.
Apalagi, kesalahan entry data tak seberapa jumlahnya jika dibandingkan jumlah keseluruhan TPS.
"Dari situ menjadi sangat enggak mungkin kalau ada rekayasa terstruktur."
"Kalau emang terstruktur artinya berpersen-persen (kesalahan entrynya), ini cuma satu per 2.500," ujar Mahfud. dikutip dari Kompas.com.
Meski begitu, Mahfud menyebut, kesalahan entry data C1 juga tidak dapat dibenarkan.
Namun demikian, KPU masih punya waktu untuk memperbaikinya.
Kesalahan entry itu pun tidak hanya merugikan atau menguntungkan salah satu paslon, tetapi keduanya.
KPU juga menjamin transparansi penghitungan dan rekapitulasi suara, lantaran setiap petugas dan saksi di TPS memegang formulir C1 atau hasil penghitungan suara.
"Jadi jangan tindak sendiri-sendiri dan jangan terus kembangkan hoaks yang seakan-akan di sini ada rekayasa," tegas Mahfud.
Dalam kedatangannya ke KPU, Mahfud MD tidak sendirian.
Ia hadir bersama sejumlah tokoh lain seperti putri Presiden ke-4 RI Abdurahman Wahid, Alissa Wahid, dan Ahli Statistik IPB Asep Syaifuddin.
Mereka menamakan diri sebagai Gerakan Suluh Kebangsaan.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)