Cerita Anak Almarhum Anggota KPPS di Tangerang yang Belum Sempat Tebus Biaya Ijazah
Sukrani merupakan anggota KPPS yang meninggal dua hari setelah pelaksanaan Pemilu 2019 pada Jumat (19/4/2019).
Editor: Sanusi
Herry mengatakan, sudah memberikan nomor telepon selulernya ke keluarga almarhum dan meminta, saat ijazah sudah diambil, difoto kemudian dikirimkan kepadanya.
"Foto ijazah kirim ke saya, saya berharap nilainya bagus, akan kami bantu daftar jadi polwan," ungkapnya.
Diketahui, Sukrani merupakan satu dari enam anggota KPPS di Kabupaten Tangerang yang tutup usia karena kelelahan saat mengawal pesta demokrasi beberapa waktu lalu.
Tak Sebanding dengan Uang
Elza Syarief sebagai pengacara dari komunitas kesehatan peduli bangsa, mengatakan bahwa nyawa Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tak sebanding dengan uang.
"Bukan semudah itu nyawa manusia. Karena nyawa manusia itu yang tertinggi," kata Elza Syarief, di Jalan Latuharhari, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019).
"Kalian coba misalnya ada saudara yang meninggal, dikasih Rp 36 juta sudah oke? Enggak kan? Karena bisa berhari-hari, bisa berbulan-bulan ingat masa hidupnya," lanjut Elza Syarief.
"Kan enggak begitu nyawa manusia. Bukan begitu perlakuannya. Mereka harusnya lebih peduli dengan perkara ini," sambungnya.
Elza, sapaannya, berharap agar pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) bisa mencari solusi dari perkara tersebut.
"Saya bilang kalau untuk kemanusiaan ya harusnya persiapan ini bisa tidak mereka (KPU) persiapkan untuk dengan baik dan tidak ada korban lagi," tanya Elza.
"Kalau tidak bisa ya KPU harus mengorbankan tanggal 22 itu. Iya, harus diperpanjang lagi," lanjut Elza yang mengenakan kacamata.
Menyoal rekapitulasi suara di kawasan Jakarta Pusat, dia pun berharap agar pahlawan demokrasi tersebut tak ada lagi yang tumbang.
Maka itu, Elza mengimbau KPU agar tak berfokus dengan target semata.
Namun harus berfokus juga dengan kesehatan para KPPS di wilayah Jakarta.