Video Pidato Lengkap Prabowo, Tolak Penghitungan Suara Curang hingga Sebut Pemerkosaan Demokrasi
Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam acara Pemaparan Kecurangan Pemilu 2019 yang digelar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi
Penulis: Daryono
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Calon Presiden nomor urut -02, Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam acara Pemaparan Kecurangan Pemilu 2019 yang digelar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (14/5/2019).
Dalam pidatonya sekitar 15 menit, Prabowo menyampaikan beragam hal mulai dari klaim telah memenang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 hingga keinginannya untuk istirahat.
Prabowo juga menyatakan bakal menolak hasil penghitungan suara yang curang.
Ia juga mengatakan bakal membuat wasit dengan mengumpulkan para ahli hukum.
Baca: TERBARU : HASIL Real Count KPU Pilpres 2019 Jokowi vs Prabowo Data Masuk 4 Wilayah 100%, Rabu 15 Mei
Berikut isi pidato lengkap pidato Prabowo sebagaimana Tribunnews.com transkirp dari rekaman yang diunggah akun YouTube Imran Prasetya Official.
"Bismillahirrahmanirrohim.
Assalamualaik warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian, Shalom, om swastiastu. Namo buddhaya.
Saudara-suadara sebagai insan yang bertakwa dan insan yang beragama marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Maha Besar Maha Kuasa. Kita diberi kesehatan dan diberi nafas sehingga kita bisa hadir dalam acara penting sore ini menjelang kita buka puasa dalam hari ke-9 Ramadan. Saya diberi tahu bahwa 9 Ramadan ini adalah persis tanggal proklamasi 17 Agustus 1945. Kadang kadang kita tidak tahu ada kekuatan yang mengatur.
Saudara-saudara sekalian saya diminta untuk memberi kata-kata penutup. Tentunya saya menyapa semua hadirin sekalian, tokoh nasional yang hadir, yang banyak sekali, saya kita tidak sebut satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat. Tapi terus terang begitu banyak orang-orang yang saya hormati, saya kagumi, orang-orang yang membentuk saya, guru-guru saya, senior senior saya, ustaz ustaz saya.
Kita tahu demokrasi adalah jalan terbaik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Tapi kita melihat, kita merasakan dan sekarang kita memiliki bukti-bukti dan kita mengalami rekan -rekan kita, pejuang pejuang kita, mengalami pemerkosaan demokrasi di RI ini. Karena itu, setelah kita memperhatikan dengan seksama, mendengar dan meyakinkan diri kita, rakyat kita, bahwa kita telah memenangkan mandat dari rakyat. Kita telah memenangkan mandat dari rakyat. Kalau kita menyerah berarti kita menyerah pada ketidakadilan dan itu artinya kita berkhianat kepada negara, bangsa, rakyat. Itu artinya kita berkhianat kepada pendiri-pendiri bangsa Indonesia. Itu artinya kita berkhianat kepada puluhan ribu orang yang gugur untuk mendirikan negara Republik Indonesia.
Saudara saudara sekalian, setelah ini, sore hari ini, saya akan ke Kertanegara, saya akan kumpulkan ahli hukum, saya akan membuat surat wasiat saya. Saya katakan gak usah nakut-nakutin kita dengan makar, orang-orang ini, tokoh tokoh bangsa ini bukan makar. Jenderal-jenderal itu mempertaruhkan nyawanya sejak muda. Mereka tidak makar, Tyasno tidak makar (Prabowo kemudian menyebut beberapa nama pendukungnya,-Red)...Tedjo Eddy tidak makar, Amien Rais tidak makar, kita membela negara dan bangsa Indonesia. Jangan nakut-nakutin kita dengan senjata yang diberikan oleh rakyat.
Ada yang tanya bagaimana sikap pak Prabowo. Katanya ada yang minta ketemu saya. Bolak balik minta ketemu. Jangan! Nggak boleh. Emak-emak jangan emosional, berbicara boleh, berunding boleh, menyerah tidak boleh. Ya jadi sikap saya adalah sebagai berikut
Kami masih menaruh secercah harapan, kami menghimbau insan insan di KPU, kami menghimbau, kau anak-nanak Indonesia yang ada di KPU. Sekarang nasib masa depan Indonesia ada di pundakmu. Kau yang harus memutuskan, kau yang harus memilih menegakkan kebenaran dan keadikan demi keselamatan bangsa dan rakyat Indonesia atau meneruskan kebohongan ketidakadilan, berarti kau mengizinkan penjajahan terhadap rakyat indonesia. Kami masih menaruh harapan kepadamu tapi yang jelas sikap saya adalah saya akan menolak hasil penghitungan yang curang. Kami tidak bisa menerima ketidakadilan dan ketidakjujuran.
Saya dan saudara Sandi bukan atas ambisi pribadi, saya tidak ingin jadi apa-apa. Demi Allah tidak ada niat. Sesungguhnya kalau kau tanya hati saya, saya inginnya istirahat. Tapi sudara-saudara, setelah saya keliling, setelah saya meliht mata daripada rakyat kita, setelah saya pegang tangan mereka, setelah saya merasakan getaran dan mendengarkan ungkapan-ungkapan mereka, harapan mereka rakyat Indonesia, penderitaan rakyat, harapan rakyat akan suatu negara yang adil itu telah menjadi bagian dari diri saya.
Karena itu tidak mungkin saya ,meninggalkan rakyat Indonesia. Saya akan timbul dan saya akan tenggelam bersama rakyat Indonesia. Kalau proses perampasan dan pemerkosaan ini berjalan terus hanya rakyatlah yang menentukan, hanya rakyat yang akan menentukan. Selama rakyat percaya dengan saya, selama itulah saya akan bersama rakyat Indonesia. Jangan kuatir, saya bersama rakyat, selalu bersama rakyat sampai titik darah saya terakhir.
Saya bicara seperti ini saya, sudah lama didik. Saya kaget, saudara Sandiaga Uno ngomong seperti ini. Ada yang mengatakan saudara Sandiaga Uno ini seorang pengusaha, dia anak muda, dia akan meninggalkan Prabowo Subianto. Nyatanya dia lebih rajin turun ke daerah-daerah dari saya dan tadi dia sudah menyatakan sikap dan sekarang dan saya menyatakan sikap saya, kita akan membela kebenaran, keadilan dan kejujuran sampai kemenangan rakyat diakui."
Selengkapnya pidato Prabowo bisa anda simak di video ini:
Sandiaga Curhat Penyebab Suara Prabowo-Sandi Nol di Beberapa Wilayah
Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno memaparkan sejumlah permasalahan penyelenggaraan Pemilu 2019.
Permasalahan tersebut mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan,hingga penghitungan suara.
Hal tersebut dikatakan Sandiaga dalam acara Pemaparan Kecurangan Pemilu 2019 yang digelar Badan Pemenangan Nasional ( BPN) ) Prabowo-Sandi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa, (14/5/2019).
"Kita merasakan bersama banyak kejanggalan dan ketidakadilan yang kami alami, dan tidak ditanggapi dengan baik oleh penyelenggara pemilu, maupun pihak yang berwajib," kata Sandiaga.
Baca: Angka Klaim Kemenangan Prabowo-Sandi yang Berubah dari 62 Persen Menjadi 54 Persen
Permasalahan tersebut mulai dari penyusunan daftar pemilih tetap yang bermasalah, penggunaan kotak suara berbahan kardus, formulir undangan mencoblos yang tidak sampai. Hingga intimidasi terhadap saksi.
Permasalahan tersebut menurut Sandiaga menyebabkan ia tidak mendapatkan suara sama sekali di sejumlah TPS.
Hanya saja Sandiaga tidak menyebutkan TPS mana saja, pasangan Prabowo-Sandi mendapatkan nol suara itu.
"Ini semua menyebabkan perolehan suara kami di daerah tertentu itu 0 (nol)," katanya.
Belum lagi menurut Sandiaga adanya perlakuan yang tidak adil pada saat kampanye.
Baca: Prabowo Tolak Penghitungan Suara KPU, Jubir TKN: Sama Dengan Memusuhi dan Mengkhianati Rakyat
Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga sulit memperoleh izin penggunaan tempat kampanye.
"Semasa kampanye betapa sering kami mengalami sendiri, memeroleh perlakuan yang tidak adil sulitnya perizinan, tempat yang pindah pindah. pemerintah daerah memberikan tempat kampanye terbuka yang sulit dijangkau, tentu saja semua berlangsung dalam lingkungan pengelolaan yang cenderung berat sebelah," katanya.
(Tribunnews.com/Daryono/Tribunnews, Taufik Ismail)