Prabowo Disarankan Belajar Kesatria dari Tradisi Leluhur Ibunya
Capres 02 sekaligus Ketum Gerindra Prabowo Subianto masih berdarah Minahasa melalui garis ibunya, Dora Sigar.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tou Minahasa atau orang Minahasa memiliki jiwa ksatria. Berani, penuh semangat juang, dan kebijaksanaan.
Capres 02 sekaligus Ketum Gerindra Prabowo Subianto masih berdarah Minahasa melalui garis ibunya, Dora Sigar.
Demikian dikemukakan Ketua Umum Arus Bawah Jokowi (ABJ) Michael Umbas di Jakarta, Sabtu (25/5/2019).
"Jika Prabowo mewarisi darah Minahasa dan paham tentang tradisi demokrasi, tentu dia tidak menolak hasil Pilpres 2019," ujar Umbas.
Umbas mengatakan Prabowo akan tercatat dalam sejarah buram bangsa ini sebagai calon pemimpin yang kalah berkali-kali, dan selalu menolak menerima hasilnya.
"Sejumlah orang di lingkaran Prabowo kerap menyerukan people power. Sebut saja Amien Rais yang baru-baru ini bilang people power enteng-entengan. Pernyataan Amien itu benar-benar melampaui akal sehat dan nurani. Membuat rakyat terseret arus politik kotor yang merugikan bangsa," ujarnya.
Baca: TKN Yakin Prabowo Menang Jika Nyapres Lagi pada 2024
Dan yang paling menyedihkan, lanjut Umbas, adalah aksi di Bawaslu diwarnai pengerahan massa perusuh berbayar, penggunaan ambulans Gerindra berisi batu dan sejumlah uang, serta aneka fakta dan bukti yang menegaskan aksi ini sebuah settingan untuk sengaja membenturkan rakyat, melahirkan chaos dengan harapan terjadi eskalasi kerusuhan dan negara gagal menjaga keamanan.
"Jokowi target utama," kata Umbas.
Baca: Ungguh Foto Kenakan Daster Saat Temani Sang Putri Tidur, Ayu Ting Ting: Enak Bangat, Nak
Belum lagi, kata dia, kehadiran teroris, kelompok garis keras anti Pancasila, yang bebas mengisi panggung aksi brutal 22 Mei ini.
"Langkah politik Prabowo yang tidak ksatria ini elan sebuah orkestrasi memalukan, menyedihkan, mencemaskan, memilukan, memprihatinkan dan sungguh mengkhawatirkan. Ia gagal mengalahkan ego berkuasa yang amat liar dalam dirinya," ujar Umbas.
Dia mengatakan bahwa Minahasa maupun daerah lain sangat terbiasa berdemokrasi.
Pemilihan kepada desa (pilkades) atau hukumtua di Tanah Minahasa, sudah jadi tradisi turun temurun untuk menentukan pemimpin desa. Ajang kekuatan pengaruh, program dan gagasan.
"Alhasil, masyarakat diajak memilih dengan gembira, menikmati dan mensyukuri demokrasi tanpa konflik antar sesama pendukung calon. Akur, damai tetap bersatu," katanya.
Menurut Umbas, pihak yang kalah dalam pilkades wajib menerima secara ksatria, apapun keputusan masyarakat desa.