Guru Besar UGM Tanggapi Pernyataan Tim Hukum Prabowo yang Pertanyakan Kredibilitasnya
Guru Besar UGM tanggapi pernyataan tim hukum Prabowo yang mempertanyakan kredibilitasnya sebagai ahli di sidang sengketa Pilpres 2019.
Editor: Pravitri Retno W
Guru Besar UGM tanggapi pernyataan tim hukum Prabowo yang mempertanyakan kredibilitasnya sebagai ahli di sidang sengketa Pilpres 2019.
JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Ilmu Hukum UGM, Edward Sharif Hiariej, menanggapi pernyataan tim hukum Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Bambang Widjojanto, yang mempertanyakan kredibilitasnya.
Bambang mempertanyakan kredibilitas pria yang akrab disapa Eddy ini dalam memberikan keterangan sebagai ahli di Mahkamah Konstitusi (MK).
Eddy diajukan sebagi ahli oleh Tim Kuasa Hukum Pasangan Joko Widodo-Maruf Amin dalam sidang sengketa hasil Pilpres 2019 di MK.
Bambang menanyakan berapa banyak buku dan jurnal internasional yang ditulis oleh Eddy terkait persoalan pemilu.
Baca: Saksi Tim Hukum Prabowo-Sandiaga Merasa Terancam, Polisi : Silakan Kalau Mau Melapor
Eddy mengakui dirinya memang belum pernah menulis buku yang spesifik membahas soal pemilu.
Namun, ia menekankan seorang profesor atau guru besar bidang hukum harus menguasai asas dan teori untuk menjawab segala persoalan hukum.
"Saya selalu mengatakan, yang namanya seorang guru besar, seorang profesor hukum, yang pertama harus dikuasai itu bukan bidang ilmunya," ujar Eddy dalam sidang lanjutan sengketa hasil pilpres di gedung MK, Jakarta Pusat, Jumat(21/6/2019).
"Tapi yang harus pertama harus dikuasai itu adalah asas dan teori. Karena dengan asas dan teori itu dia bisa menjawab semua persoalan hukum. Kendati memang saya belum pernah menulis secara spesifik soal pemilu," ucapnya.
Eddy mengatakan, merujuk pada dua buku soal pembuktian, maka kualifikasi menentukan seseorang dapat dikatakan ahli atau tidak.
Kategori kualifikasi dibagi lagi menjadi dua aspek, yakni berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari bangku pendidikan yang resmi.
"Ketika bicara TSM (kecurangan terstruktur, sistematis dan masif), saya menulis buku soal pelanggaran HAM, pengantar hukum pidana internasional dan kalau melihat yang saya ungkapkan dalam keterangan ahli, saya lebih banyak mengutip persolan hukum pembuktian," kata Eddy.
Kemudian Eddy juga menjawab jumlah buku yang telah ia tulis.
Ia meminta Bambang melihat daftar buku dalam dokumen CV yang ia serahkan ke MK.