Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA – Waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00 WIT, Ruben dan Heni terlihat sudah mulai sibuk menyiapkan dagangannya.
Ruben dan Heni menjual kopi di sebuah gerobak berwarna oranye bertuliskan Kopi Asli Papua Q’tong pu Kopi’.
Mereka berjualan di depan pintu masuk Venue Dayung PON Papua, Teluk Youtefa, Jayapura.
Agar pembeli bisa menikmati kopi di tempat, sejoli tersebut pun mendirikan tenda kira-kira berukuran 2x2 meter. Lengkap dengan meja dan kursinya.
Hanya dengan harga Rp 20 ribu, pembeli bisa menikmati Kopi asli Papua yang disajikan baik panas maupun dingin.
Kenikmatan kopi Papua berpadu pas dengan indahnya pemandangan Teluk Youtefa yang mengelilingi venue cabang olahraga dayung di PON Papua.
Baca juga: Teluk Youtefa, Venue Dayung yang Punya Pemandangan Indah dan Bertaraf Internasional
Menu Kopi Asli Papua yang ditawarkan yakni Kopi Susu Q’tong, Americano dan Latte/Cappuccino.
Rasa kopi yang enak, harga terjangkau hingga pemandangan pantai Youtefa menjadi pelengkap untuk menikmati kopi asli Papua ini.
Soal kopi, Ruben mengatakan Kopi yang ia jual berasal dari wilayah Pegunungan Bintang dan ada juga yang didatangkan dari Nabire.
Sebelum ia menjual di sini, kopi-kopi tersebut ia ambil dari sang pemilik yang berada di kota Jayapura.
“Kopi ini itu asalnya dari Pegunungan Bintang, ada juga yang dari Nabire,” kata Ruben sembari menyiapkan segelas latte kepada Tribunnews, Rabu (6/10/2021).
Usaha Kopi Asli Papua ini berangkat dari Komunitas Anak Jantung Kota.
Komunitas yang tadinya merupakan kumpulan anak-anak jalanan di Jayapura dan sekarang mereka dibina kemudian mencoba mandiri dengan berdagang Kopi Asli Papua.
“Kami ini awalnya dari Komunitas Anak Jantung Kota, terus ada usaha buat Kopi ini, jadi kami jualan. Sekarang sudah ada 11 gerobak, kalau saya sama Ruben baru jualan satu bulan terakhir,” cerita Heni.
Heni juga mengaku bersyukur dengan adanya Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua itu berdampak positif bagi usahanya.
Biasa pendapatan sehari sekitar Rp 300 – RP 400 ribu, kini Heni dan Ruben dalam sehari bisa mendapatkan dua kali lipat.
“Ya, ada PON pendapatan kami ikut naik. Kalau misal sebelum PON itu Rp 300 – RP 400 ribu, ya sekarang bisa sampai Rp 800 ribu,” terang wanita 21 tahun tersebut.
“Kalau di sini sudah selesai (pertandingan dayung-red) kami pindah dagangnya di kota sana,” katanya.