TRIBUNNEWS.COM, MERAUKE - Kontingen Jawa Timur sukses merebut dua medali Emas di hari pertama gelaran cabang Gulat PON XX Papua melalui Shintia Eka Arfenda dan Candra Marimar, masing-masing di kelas 50kg dan kelas 53kg.
Bertarung di GOR Futsal KONI Merauke, Jumat (8/10/2021) sore hingga malam, Shintia Arfenda di kelas 50 kg sukses mengalahkan Anisa Safitri dari Kaltim, sementara di kelas 53kg Candra Marimar mengungguli Eka Setiawati dari Jaba.
Di final kelas 50kg, Shintia mengungguli pegulat Kaltim Annisa Safitri, sementara medali perunggu untuk Eka Siska Suryani dari Sumbar.
Kompetitor lainnya di kelas 50kg adalah Desi Rahayu (Jateng), Dewi Sartika Nasution (Papua) dan pegulat DKI Jakarta Selfie Ajeng yang gagal menyajikan penampilan terbaiknya sejak babak pertama.
Di kelas 53kg, Candra Marimar andalan Jabar yang mantan pegulat Asian Games 2018, Eka Setiawati. Perunggu untuk Dewi Ulfa, pegulat senior dari Kaltim. Kompetitor lainnya di kelas 53kg ini adalah Heka Maya Sari (Sumut), Meshke Y (Papua) dan Siti Raudah (Kalsel)).
Kegagalan Dewi Ulfa merebut medali emas menjadi yang pertama dari empat penampilannya secara berturut-turut di PON. Dia dating ke Papua sebagai pencatat rekor peraih tiga medali emas.
Pegulat andalan Kaltim ini di PON Papua turun kelas, dari biasanya di kelas 57kg, ke kelas 53kg, dengan seteru lainnya adalah pegulat yang jauh lebih muda.
Ketua Binpres Pengurus Pusat Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PP PGSI), Gusti Randa berharap cabang olahraga gulat PON Papua memunculkan pegulat-pegulat juara yang bakal mewakili Indonesia di ajang SEA Games Hanoi yang ditunda ke tahun depan karena pandemic Covid-19.
"Seharusnya setelah PON Papua ini kita akan melaksanakan SEA Games di Vietnam namun karena ada pandemi Covid-19 maka SEA Games Vietnam dibatalkan tahun ini," ungkap Gusti dalam sambutan pembukaan cabang olahraga gulat PON Papua di GOR Futsal KONI, Merauke, Jumat siang.
"Tentunya dengan adanya PON di Papua ini keikutsertaan atlet ke SEA Games Vietnam ditentukan oleh para pemenang di PON 2020 ini. Para atlet berjuanglah semaksimal mungkin,” harap Gusti Randa yang mewakili Ketua Umum PP PGSI Trimedya Panjaitan.
Arena Gulat PON XX Papua memperebutkan 18 set medali dari 18 kelas di tiga kategori sesuai aturan Persatuan Gulat Dunia (UWW), yakni enam kelas di gaya grego putra, enam kelas gaya bebas putra dan enam kelas gaya bebas putri.
Enam kelas di gaya grego putra, kelas 60 kg, 67 kg, 67 kg, 87 kg, 97 kg, dan 130 kg. Enam kelas di gaya bebas putra, kelas hingga 57 kg, 65 kg, 74 kg, 86 kg, 97 kg dan 125 kg. Enam kelas di gaya bebas putri, kelas hingga 50 kg, 53 kg, 57 kg, 63 kg, 68 kg, dan 76 kg.
Perebutan dua medali emas dari kelas 50kg dan 53kg gaya bebas putri ini sempat tersendat karena protes kubu tuan rumah terkait keinginan mereka untuk tidak dipertandingkannya babak semifinal, dan meminta perunggu ganda.
Sebelumnya, KONI Pusat sudah memutuskan menolak permintaan Papua tersebut. Namun, dalam pertemuan Teknik Kamis (7/10) tim Papua kembali mengutarakan keinginan mereka.Sesuai aturan Persatuan Gulat Dunia (UWW), tidak diperkenankan adanya perunggu ganda dalam kelas-kelas resmi UWW.
Dari total enam medali emas yang disediakan di gaya bebas putri, tiga emas akan diperebutkan Sabtu (9/10/2021). Yakni, kelas 57kg, kelas62kg, dan kelas 68kg. Satu emas putri lainnya, yakni kelas 76kg, dipertandingkan Minggu (10/10), bersamaan dengan dimulainya persaingan perebutan 12 medali emas dari gaya grego dan gaya bebas putra, hingga Kamis (14/10) mendatang.
Di kelas 57kg, Jabar berpeluang menambah perolehan medali emasnya melalui Dewi Attiya, pegulat nasional pelatnas Asian Games 2018.
Di kelas 62kg, ada Desi Rahmawati dari Kaltim, sementara di kelas 68kg Alfiya Kurniawati difavoritkan.