Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pencarian Properti di Wilayah Tangerang Selatan Meningkat, Hunian Rp 1 Miliar Paling Banyak Dicari

Tren harga properti diindikasikan akan berangsur normal dan akan meningkat setiap kuartal pada tahun depan.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pencarian Properti di Wilayah Tangerang Selatan Meningkat, Hunian Rp 1 Miliar Paling Banyak Dicari
ist
Ilustrasi properti. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung pada tahun ini, namun minat masyarakat terhadap hunian masih cukup tinggi dengan incaran harga di atas Rp 1 miliar.

Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, sepanjang tahun 2021 tren pencarian properti di Rumah.com menunjukkan antusiasme yang meningkat.

Secara tahunan, pencarian properti dari Januari hingga Oktober 2021 meningkat sebesar 37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

"Pencarian properti di Banten pada kuartal III 2021 naik sebesar 6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, pencarian properti di Banten naik sebesar 16 persen," kata Marine secara virtual, Kamis (9/12/2021).

Menurutnya, area yang paling banyak dicari untuk wilayah Banten yaitu Tangerang Selatan, di mana terjadi peningkatan pencarian sebesar 21,84 persen (kuartal ke kuartal) dan 36,35 persen (tahun ke tahun).

Pencari properti juga meminati wilayah Kabupaten Tangerang, dengan peningkatan sebesar 6,72 persen (kuartal ke kuartal) dan 9 persen (tahun ke tahun).

Sedangkan di wilayah DKI Jakarta, kata Marine, pencarian properti di Jakarta Utara masih positif, dengan kenaikan pencarian sebesar 4,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Berita Rekomendasi

Selain itu, pencarian properti di Jakarta Pusat juga meningkat pada kuartal ketiga 2021 dengan peningkatan pencarian sebesar 2,79 persen secara kuartalan.

"Kenaikan pencarian properti di kawasan Jakarta Pusat dan Utara, yang merupakan salah satu kawasan dengan harga properti tertinggi, menunjukkan kembalinya minat pencari properti di pusat kota," kata Marine.

Baca juga: Pengamat UI: Tol Serbaraja Tingkatkan Daya Tarik Properti Sekitar

"Bangkitnya minat konsumen terhadap properti kelas menengah atas juga ditunjukkan lewat harga properti yang dicari. Jika digabungkan, besarnya jumlah pencari hunian di kisaran harga di atas Rp 1 miliar mencapai 52 persen dari total pencari rumah di Rumah.com,” sambung Marine.

Marine menyimpulkan, Rumah.com Indonesia Property Market Index mengindikasikan bahwa tren harga properti akan berangsur normal dan akan meningkat setiap kuartal pada tahun depan.

"Hal ini dapat terjadi dengan catatan pemerintah mampu menjaga situasi ekonomi tetap kondusif, serta melanjutkan kebijakan terkait properti dan ekonomi seperti restrukturisasi kredit, relaksasi LTV, dan terutama penurunan suku bunga," tutur Marine.

Kendati demikian lanjut Marine, pertumbuhan pasar properti pada tahun depan dinilai masih akan bergantung dengan berbagai insentif dari pemerintah, seiring daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya.

Tren properti pada tahun 2022 masih tetap bergantung kepada kebijakan pemerintah, berupa insentif pajak dan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).

"Pengembang juga bisa berstrategi untuk meningkatkan penjualan dengan berfokus pada ketersediaan sarana publik di sekitar hunian, serta berbagai fitur ramah lingkungan pada hunian yang mereka tawarkan kepada konsumen," kata Marine.

Menurutnya, sektor properti harus melakukan adaptasi dan inovasi agar industri bisa lebih cepat pulih pada 2022 mengingat sektor properti cukup penting bagi pemulihan ekonomi nasional.

"Industri properti memiliki multiplier effect terhadap 174 sektor lainnya dan 350 jenis industri terkait skala kecil, sekaligus juga menyerap lebih dari 30 juta tenaga kerja," papar Marine.

Baca juga: Ditopang Permintaan Hunian yang Tinggi, Peluang Sektor Properti Dinilai Masih Cerah

Marine menjelaskan, stimulus berupa uang muka 0 persen dan relaksasi PPN properti yang diluncurkan pemerintah sejak Maret 2021, terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap perputaran ekonomi di sektor properti.

"Sepanjang tiga bulan pertama, stimulus ini diklaim meningkatkan penjualan properti pada kisaran 10 hingga 20 persen, baik untuk masyarakat berpenghasilan rendah menengah, maupun tinggi," tuturnya.

Melihat efek positif yang dihasilkan, kata Marine, kedua stimulus tersebut diperpanjang oleh pemerintah, di mana insentif pembebasan PPN properti hingga Desember 2021 dan uang muka 0 persen sampai Desember 2022.

"Perpanjangan stimulus ini diyakini dapat menjaga kondisi pasar properti 2022 tetap stabil," ucapnya.

Marine menyebut, selain stimulus pemerintah, proyek infrastruktur transportasi juga turut menggenjot sektor properti dari sisi harga, khususnya jalan tol baru yang menghubungkan kawasan hunian dengan jalur tol lingkar luar Jakarta.

"Sebagai contoh Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang secara berturut-turut mencatat kenaikan harga tahunan sebesar 17,04 persen, 9,21 persen, dan 13,55 persen dimana sepanjang 2021, Pemerintah meresmikan tiga ruas jalan tol di wilayah tersebut, yaitu Cengkareng-Kunciran, Kunciran-Serpong, dan Serpong-Pamulang," tutur Marine.

Properti Perkasa

Terpisah, dalam siaran pers yang diterima, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo menyebut sektor properti diproyeksi kembali menarik tahun depan seiring tren positif ekonomi dalam negeri.

Ia juga mengaku optimistis dengan properti dalam lelang ini bisa terserap pada akhir tahun ini sehingga perusahaan mampu menghimpun dana penjualan rumah secara lelang pada periode 2021 lebih dari 1.500 unit rumah total mencapai sekitar Rp 1,73 triliun.

Ilustrasi
Ilustrasi (istimewa)

"Antusiasme investor pada tahun ini juga menunjukkan sektor properti masih menjadi pilihan menarik untuk investasi. Sehingga, kami yakin unit rumah atau hunian yang dilelang selama 2021 akan terserap habis," ujar Haru.

Pengamat Properti, Ali Tranghanda menyebut rumah tapak masih menjadi primadona pada tahun 2022 dibandingkan dengan apartemen yang tahun ini bisnisnya terpuruk.

"Ke depan itu sekitar 50 persen lebih orang lebih berminat untuk membeli properti landed dan 40 % itu orang untuk membeli kavling, tanah dan apartemen," kata Ali.

Ali melihat GDP Indonesia memang saat ini sedang naik, namun harus tetap waspada karena GDB masih ditopang oleh belanja negara.

Artinya belanja negara mulai infrastruktur dan lainnya belum berjalan normal dan diperkirakan adanya daya beli kuat itu di kuartal II tahun 2022.

Khusus untuk properti lanjut Ali tidak akan kehilangan daya beli, tetapi semakin lama, golongan menengah bawah itu semakin tertekan dan golongan menengah atas naik.

Baca juga: Pandemi Tak Surutkan Minat Masyarakat Membeli Properti Rumah Tapak maupun Komersial

"Isu perpajakan juga harus diwaspadai tahun depan," katanya.

Isu perpajakan yang dimaksud adalah rencana PPN pada tahun depan akan dinaikkan. Tetapi harapan insentif PPN sektor properti ini bisa diperpanjang sampai tahun depan.

Ada juga kenaikan suku bunga, belum lagi ada kenaikan PBB (Pajak Bumi Bangunan). Hal ini harus dicermati dan diwaspadai oleh developer dan pelaku bisnis.

Tidak hanya itu, agar hunian untuk kelas menengah ke bawah aman juga patut dicermati beberapa hal. Salah satunya karena bisnis properti ini adalah sudah lintas sektor, sehingga perlu ada terobosan yang kuat.

"Tanah masih dikuasai pemerintah, sementara harga diserahkan ke mekanisme pasar. Sekarang ini 8 dari 10 pengembang itu, tidak mau membangun rumah subsidi. Karena memang harga tanah terus meningkat dan tidak ada lembaga khusus yang menangani land bank, sehingga semakin lama backlog terus naik," ujarnya.(Tribun Network/sen/ktn/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas