Kebutuhan Masih Tinggi, Pemerintah Perlu Genjot Penyediaan Rumah Murah
Hasil survei Consumer Sentiment Survey H2 2022 mendapati temuan hanya 1 dari 6 responden yang telah mendapatkan manfaat dari skema subsidi perumahan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berbagai kebijakan dan stimulus pemerintah untuk mendorong kepemilikan rumah di Indonesia, ternyata masih kurang dirasakan manfaatnya oleh para konsumen.
Hal tersebut terlihat dari hasil survei Rumah.com Consumer Sentiment Survey H2 2022 yang melibatkan 1.000 responden dari seluruh Indonesia yang berlangsung pada Juni hingga Juli 2022.
Marine Novita, Country Manager Rumah.com mengatakan, hasil survei terlihat hanya 1 dari 6 responden atau 17 persen yang menyatakan telah mendapatkan manfaat dari skema subsidi perumahan dari pemerintah.
"Sementara 47 persen responden menyatakan belum pernah merasakan manfaat dari skema subsidi pemerintah dan tidak mengajukan permohonan untuk mendapatkan skema subsidi tersebut," kata Marine dalam keterangan persnya, Sabtu (17/9/2022).
Selain itu, kata Marine, 14 persen responden menyatakan tidak mengetahui sama sekali tentang adanya skema subsidi dari pemerintah.
Menurutnya, persepsi konsumen terhadap upaya pemerintah yang memadai untuk membuat perumahan terjangkau, mengalami penurunan sebagaimana dinyatakan oleh 16 persen responden survei.
Baca juga: Mau Ikut Lelang Rumah Murah di Bekasi? Harga Mulai Rp 150 Jutaan
"Angka ini merupakan penurunan cukup drastis dari 22 persen pada semester sebelumnya," paparnya
Marine menyampaikan, hasil survei menunjukkan mayoritas responden berpikir bahwa tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan harga properti akan naik di tahun depan.
Baca juga: Berburu Rumah Murah di Indonesia Properti Expo 2022, Mulai dari Rp 168 Jutaan
Adanya kenaikan tingkat inflasi maupun tingkat suku bunga di tahun depan, masing-masing dinyatakan 70 persen responden survei, sementara adanya kenaikan harga rumah dinyatakan oleh 80 persen responden.
"Jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga, 2 dari 5 responden atau 40 persen menyatakan akan menunda pembelian properti mereka, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Proporsi responden yang setara menunjukkan kemungkinan tidak akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat suku bunga," jelas Marine.
Baca juga: Pemerintah Lanjutkan Pembangunan Rumah Murah untuk Warga Berpenghasilan Rendah
Demikian juga halnya jika terjadi kenaikan tingkat inflasi, 38 persen responden menyatakan akan menunda pembelian properti mereka, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
"Sebanyak 42 persen responden menyatakan tidak akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat inflasi," ujarnya.