Pengembang Sebut Rumah Seharga 800 Juta - 1 Miliar Akan Miliki Banyak Peminat Pada 2023
Rumah seharga Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar disebut oleh pengembang sebagai kategori yang diminati oleh pembeli pada 2023.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rumah seharga Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar disebut oleh pengembang properti sebagai kategori yang diminati oleh pembeli pada 2023.
Sales Director Duta Putra Land Effendi Aphing percaya rumah harga pada kisaran itu terjangkau bagi pembeli.
"Harga segitu pas di kantong mereka. Milenial punya gaji yang sekarang ini mereka cukup untuk beli rumah di harga tersebut," katanya usai peluncuran klaster Pasadena Grand Duta City Bekasi, Senin (28/11/2022).
Baca juga: Pengembang Properti Mulai Terapkan Pembangunan Berkelanjutan dan Teknologi Terkini
Di tengah ancaman resesi pada 2023, Effendi menganggap Indonesia tak akan kena dampaknya.
"Kemarin kan Pak Jokowi sudah klarifikasi Indonesia tak kena resesi. Saya yakin akan hal itu," ujarnya.
Ia berujar lolosnya Indonesia dari ancaman resesi akan berdampak pada minat beli perumahan.
Minat beli akan terjaga karena rumah adalah kebutuhan setiap orang.
"Kita adalah salah satu negara yang paling baik saat ini dan mampu keluar dari krisis. Kita yakin bahwa nanti kedepannya kita enggak akan resesi," kata Effendi.
Sebelumnya, Indonesia disebut akan lolos dari ancaman resesi global.
Ekonom Dradjad Hari Wibowo menilai fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat menghadapi ancaman resesi yang disebut akan terjadi pada 2023.
Namun, dia juga berpendapat pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun di tahun depan meskipun tidak terlalu drastis.
Baca juga: Sektor Properti Diyakini Tetap Tumbuh Positif Meski Dibayangi Ketidakpastian Ekonomi Global
Menurut dia, tanda-tanda penurunan ekonomi Indonesia tahun depan sudah mulai terlihat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan teknologi.
"Kemudian, mungkin ekspor dan impor akan terkoreksi. Otomatis nanti konsumsi rumah tangga akan terkoreksi juga," kata Drajad ketika ditemui di kantor Tribunnews, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (22/11/2022).
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi biasanya mengikuti tren pada konsumsi rumah tangga.
Kalau konsumsi rumah tangga tumbuh lima persen, pertumbuhan ekonomi akan berada sedikit di atas atau di bawahnya.