Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terdampak Ekonomi yang Lesu, Harga Properti Baru di China Alami Penurunan pada November

Harga properti baru di China mengalami penurunan pada November, dibebani oleh ekonomi yang lesu dan sektor properti yang masih bermasalah.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Terdampak Ekonomi yang Lesu, Harga Properti Baru di China Alami Penurunan pada November
CHINA DAILY ASIA
Greetown, salah satu propyek properti China Communications Construction Group (CCCG) di China. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Harga properti di China mengalami penurunan pada November, dibebani oleh ekonomi yang lesu dan sektor properti yang masih bermasalah.

Namun dengan adanya kebijakan yang menguntungkan baru-baru ini dan pelonggaran dalam pembatasan Covid-19, hal itu membuat prospek terhadap sektor properti semakin meningkat ke depannya.

Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) pada Kamis (15/12/2022), harga properti di China turun 1,6 persen tahun ke tahun, jatuh selama tujuh bulan berturut-turut.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pencari Properti, Bank Pelat Merah Ini Lengkapi Platform Digital

Seperti diketahui, China telah meluncurkan berbagai langkah untuk mendukung sektor propertinya yang terpuruk, yang telah terjepit oleh krisis likuiditas.

Langkah-langkah yang diambil untuk mendukung sektor propertinya yang terpuruk yakni dengan mencabut larangan penggalangan dana selama setahun melalui penawaran ekuitas untuk perusahaan properti yang terdaftar.

Sektor ini, yang pernah menjadi mesin utama pertumbuhan, telah dilanda berbagai krisis sejak pihak berwenang mengambil tindakan keras terhadap leverage yang berlebihan pada pertengahan 2020, dengan pengembang yang kekurangan uang gagal membayar kewajiban utang dan menghentikan konstruksi, mendorong pembeli rumah untuk memboikot pembayaran hipotek.

BERITA TERKAIT

Sementara itu, Beijing telah memerintahkan empat bank milik negara teratas untuk menerbitkan pinjaman luar negeri untuk membantu pengembang membayar utang luar negerinya.

Adapun, pelonggaran pembatasan Covid-19 di Beijing baru-baru ini secara luas diperkirakan akan menguntungkan sektor properti, karena negara tersebut secara bertahap beralih dari kebijakan nol-Covid yang menuntut penguncian dan mengganggu secara ekonomi serta karantina wajib di fasilitas pemerintah.

Analis Nomura menulis dalam sebuah catatan bahwa mereka telah menaikkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk 2023 menjadi 4,8 persen dari 4,0 persen.

Baca juga: Prospek Investasi Properti di IKN Diyakini Tetap Seksi di Tengah Ancaman Resesi

“Pelonggaran kebijakan nol-Covid sangat diperlukan dan tidak dapat dihindari. Hal itu juga menjadi prasyarat untuk pemulihan pertumbuhan pada tahun depan," kata analis Nomura, mengutip Reuters.

"Namun, kami terus memperingatkan bahwa jalan menuju pembukaan kembali secara penuh mungkin masih menyakitkan dan bergelombang,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas