Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Prof Jonbi Bilang Tidak Perlu Material Impor untuk High Density Concrete

Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi memiliki banyak manfaat walaupun tak sedikit juga yang memberikan dampak negatif dari turunannya.

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Prof Jonbi Bilang Tidak Perlu Material Impor untuk High Density Concrete
istimewa
Seiring semakin canggihnya peralatan RS yang menggunakan Sinar Gamma, Proton dan Neutron maka diperlukan konstruksi beton dengan densitas tinggi sehingga dapat menyerap radiasi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi memiliki banyak manfaat walaupun tak sedikit juga yang memberikan dampak negatif dari turunannya.

Salah satu yang memanfaatkan kemajuan teknologi adalah Rumah Sakit (RS).

Seiring semakin canggihnya peralatan RS yang menggunakan Sinar Gamma, Proton dan Neutron maka diperlukan konstruksi beton dengan densitas tinggi sehingga dapat menyerap radiasi.

Baca juga: Percepat Capaian Dekarbonisasi, BRIN dan Industri Semen Kembangkan Produk Berbasis Riset

High Density Concrete (HDC) adalah beton yang memiliki densitas tinggi ≥ 4,8 T/m3 dan memiliki komposisi khusus sehingga dapat meningkatkan sifat etenuasinya, sedangkan beton konvensional densitasnya berkisar 2,4 T/m3.

Beton densitas tinggi (HDC) digunakan untuk perisai radiasi karena menjamin bahwa orang dapat bekerja dengan aman di gedung-gedung di mana radiasi pengion terjadi.

Bangunan khas yang membutuhkan bahan pelindung radiasi ini adalah rumah sakit atau laboratorium.

Beton dengan densitas tinggi terutama digunakan untuk perisai radiasi atau untuk penyeimbang dan penggunaan lain di mana densitas tinggi tersebut diperlukan.

Berita Rekomendasi

Beton densitas tinggi memiliki sifat perisai yang lebih baik, sehingga dapat melindungi radiasi berbahaya seperti sinar-X, sinar gamma, dan neutron.

Agregat yang digunakan untuk pembuatan HDC antara lain Barite, Magnetite, Ilmenite, Limonite dan Hematite.

Namun sayangnya, selama ini bahan utama pembuatan HDC berasal dari material impor, yang menyebabkan harganya menjadi sangat mahal.

Baca juga: Manfaatkan Limbah Pertanian, Sekam Padi Jadi Bahan Bakar Alternatif di Pabrik Semen Ini

Kini mahalnya material HDC tersebut telah bisa diantisipasi dengan adanya hasil pengembangan dari seorang Guru Besar Bidang Teknik Sipil Universitas Pancasila, Jakarta dan expert cv. John Hi-Tech Contrindo, Prof. Dr. Ir.Jonbi, MT., MM., MSi yang biasa dipanggil Prof Jonbi telah berhasil mengembangkan beton HDC dengan material lokal, hal ini telah diperlihatkan contoh HDC dan dibuktikan.

Ketika ditemui di Jakarta, Prof Jonbi mengatakan HDC bisa digunakan untuk penahan radiasi beton dikembangkan menjadi beton densitas tinggi (High Density Concrete) dengan densitas beton harus lebih besar dari densitas beton normal.

“Material yang memiliki Specific Gravity dan nomor atom tinggi memiliki kemampuan menyerap berkas radiasi lebih baik. Salah satu material yang memenuhi persyaratan ini adalah beton densitas tinggi yang dapat diperoleh dengan menggunakan agregat yang mempunyai Specific Gravity tinggi. HDC ini juga banyak digunakan untuk pelindung radiasi di fasilitas radioterapi dan reaktor nuklir, dan untuk pencegahan kebocoran radiasi dari sumber radioaktif,” jelas Prof Jonbi yang juga praktisi dalam bidang teknologi beton.

HDC yang dihasilkan relatif jauh lebih murah daripada menggunakan impor.

Material HDC yang kegunaannya sama dengan material impor ini dinamakan J. High Density Concrete (JHDC) adalah beton dengan densitas sangat tinggi sebesar ≥ 4,8T/M3. JHDC dapat menghasilkan kuat tekan ≥ 30 MPa densitas yang tinggi dan kemampuan kerja yang baik.

Kegunaan utamanya adalah blok pelindung radiasi, Bridge counterweight, offshore platform noise and vibration dampak, Gravity Seawall, Crystal protection, break water, ballas for Ocean viessel.

“Komposisinya disesuaikan dengan density yang disyaratkan Cara pemakaiannya perlu koordinasi dengan pihak JHDC. Material ini dikemas khusus agar diperoleh hasil campuran yang maksimal. Sedangkan untuk pengecoran dalam jumlah besar harus konsultasi dengan expert JHDC,” ungkap Prof. Jonbi yang juga sebagai Sekjen Asosiasi Inventor Indonesia yang merupakan organisasi yang menghimpun para anggotanya yang telah memiliki paten.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas