Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Hargai Perbedaan Awal Puasa

Pemerintah melalui Kementerian Agama RI belum mengumumkan penetapan 1 Ramadan 1434 Hijriah.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Hargai Perbedaan Awal Puasa
/TRIBUN MANADO/RIZKY ADRIANSYAH
HISAB RUKYAT - Seorang pegawai hisab Kementerian Agama Sulut mencoba melihat hilal menggunakan tropong di menara Bank Panin, Marina Plaza, Manado, Sulawesi Utara, Kamis (19/7). Hisab Rukyat yang digelar Kementerian Agama Sulut, Majelis Isbat Pengadilan Tinggi (PT) Agama serta ormas Islam Sulut tak bisa melihat hilal karena terhalang awan tebal. (TribunManado/RizkyAdriansyah) 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pemerintah melalui Kementerian Agama RI belum mengumumkan penetapan 1 Ramadan 1434 Hijriah. Namun beberapa pihak sudah menyatakan hasil hisab awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1434 H. PP Muhammadiyah, misalnya, telah menetapkan 1 Ramadan 1434 H jatuh pada hari Selasa, 9 Juli 2013 Masehi, sedangkan PP Persis menetapkan 1 Ramadan pada Rabu, 10 Juli 2013.

Menurut Ayat Dimyati, mantan ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah Jabar, PP Muhammadiyah berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menetapkan ijtimak menjelang Ramadan terjadi pada Senin (8/7/2013) pukul 14.15.55 WIB. Pada saat matahari terbenam di tanggal tersebut, di sebagian wilayah barat Indonesia hilal sudah wujud dan di sebagian wilayah Timur Indonesia belum wujud. Dengan begitu, 1 Ramadan 1434 H ditetapkan jatuh pada Selasa (9/7/2013).

Untuk penetapan 1 Syawal, ijtimak jelang Syawal terjadi pada Rabu, 7 Agustus 2013, pukul 04.52.19, dan tinggi bulan pada saat terbenam matahari di Yogyakarta hilal sudah wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam matahari itu, bulan berada di atas ufuk. Dengan begitu, 1 Syawal 1434 H jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013.

"Kami menggunakan hisab, di mana akses hadis-hadis dipandangg sama. Hadis yang menyangkut rukyat, takmil dianggap sama. Selain itu, di-back up temuan-temuan ilmu pengetahuan dan teknologi," katanya pada acara Seminar Ilmu Falak "Solusi Penetapan Awal Bulan Hijriyah di Indonesia" yang digelar Jurusan/Prodi Peradilan Agama Fakultas Syariah Unisba di Aula Unisba, Jalan Taman Sari,  akhir pekan tadi.

Ia juga mengatakan, Muhammadiyah memiliki kerangka berpikir yang longgar. Karena itu, pihaknya hanya memberikan imbauan dan penetapan ini bukan bersifat instruksi.

"Yang punya perhitungan sendiri, silakan. Untuk membangun ukhuwah Islamiyah, harus ada toleransi terhadap pelaksanaan ibadah yang beda. Yang penting bagaimana memakmurkan bulan Ramadan dengan yang positif," katanya.

Di tempat yang sama, Sekretaris Dewan Hisab dan Rukyat PP Persis, Syarif Ahmad Hakim, mengatakan, PP Persis sudah mengeluarkan surat edaran 1190/JJ-C.3/PP/2013 yang menyatakan bahwa awal Ramadan jatuh pada Rabu (10/7). Pertimbangannya karena sudah masuk kriteria, yakni pada Senin 8 Juli, sudut elongasi bulan/matahari 4 derajat 34 menit. Padahal, minimal ketinggian dan jarak elongasi bulan-matahari 6,4 derajat. Pada hari Senin itu posisi kurang dari kriteria, maka bulan Syakban digenapkan jadi 30 hari.

Berita Rekomendasi

"Otomatis 1 Ramadan jatuh pada hari Rabu 10 Juli 2013," katanya.

Untuk penetapan 1 Syawal, ujarnya, PP Persis juga sudah menetapkan, yakni jatuh pada Kamis, 8 Agustus 2013. "Bila ada perbedaan, silakan. Karena perbedaan mengawali bulan Hijriah ini khas di Indonesia. Di negara lain tidak ditemukan, terutama di negara-negara Arab," katanya.

Kepala Seksi Produk Halal dan Pembinaan Syariah dan Sistem Informasi Kanwil Jabar, Ahmad Nizar, mengatakan, dilihat dari data hisab untuk posisi hilal, sekarang posisinya 0,6 derajat atau 38 menit. Awal Ramadan, kata dia, kemungkinan hari Rabu (10/7). Dan kalau dilihat dari data pula, kemungkinan Lebaran akan sama, yakni Kamis (8/8). "Perbedaan itu diperbolehkan, tidak masalah. Dan perbedaan tidak perlu dipermasalahkan," katanya.

Menurut Dosen Ilmu Falak Fakultas Syari'ah Unisba, Tb Hadi Sutisna, perbedaan tidak bisa dihindari. Yang membuat berbeda, kata Hadi, adalah kriteria, yakni ada yang sepakat dan ada yang tidak sepakat.

"Sepanjang kriteria yang ditetapkan pemerintah masih sama, ya perbedaan akan terus ada. Tapi kalau bagi saya, semua punya peluang benar. Ya sudah, hargai saja. Sepanjang meyakini benar, ikuti saja, tapi jangan menganggap paling benar," katanya.

Disinggung kapan Indonesia akan menjalani puasa bersama-sama dan tidak ada perbedaan, Hadi menegaskan dalam empat tahun ke depan, insya Allah Indonesia akan menjalani 1 Ramadan secara bersama-sama seperti beberapa tahun sebelumnya. "Empat tahun ke depan, sama. Bukan kita yang mau buat beda, tapi alam," katanya. (tif)

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas