Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Liburan, Mahasiswa di Malang Cari Tambahan Lewat Jualan Takjil

Ruas-ruas jalan Kota Malang kini selalu ramai dengan para penjual takjil. Mereka yang membuka lapak tak hanya masyarakat sekitar

Editor: Sugiyarto
zoom-in Liburan, Mahasiswa di Malang Cari Tambahan Lewat Jualan Takjil
Warta Kota/Henry Lopulalan
Pembeli mulai mengerubungi penjual makanan berbuka puasa atau tajil di trotoar Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (12/7/2013). Pada bulan puasa banyak pedagang makanan dadakan yang menyediakan makanan ataupun minuman untuk berbuka puasa di berbagai tempat temasuk di jalan protokol.(Warta Kota/Henry Lopulalan) 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG –Ruas-ruas jalan Kota Malang kini selalu ramai dengan para penjual takjil. Mereka yang membuka lapak tak hanya masyarakat sekitar atau warga asli Malang saja.

Para mahasiswa perantauan, yang kini menjalani liburan kuliah juga ambil bagian meramaikannya.

Lokasi yang sering menjadi pusat penjualan takjil ini diantaranya, Jalan Jakarta, Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Veteran. Jumlah penjual di tiga lokasi ini mencapai angka puluhan orang.

Mereka berjualan dengan membuka lapak mulai dengan lesehan, meja, sepeda motor dan ada juga yang memanfaatkan mobil.

Salah satunya adalah Rian Budi Wijaya (22), satu dari 25 penjual takjil di Jalan Jakarta. Ia mengaku mahasiswa semester 8 jurasan Peternakan Universitas Brawijaya. Kendati demikian, ia tak malu untuk membuka warung yang berupa gerobak yang dibawa dengan sepeda motornya.

Sepeda motor itu, lantas ia parkir di sela tikungan putar balik jalan. Di sini lokasinya sangat rindang. Lokasi yang menurutnya tepat untuk pembeli menghabiskan waktu ngabuburit, sembari menikmati aneka minuman yang ia jual,  seperti Original Fruit Ice, Lime Fruit Squos, atau Cola Fruit Squos.  Minuman ini berupa buah-buahan yang ditambah soda, serta susu.

“Ada juga Nasi Goreng Bakar Jawa. Ini titipan teman,” kata Rian pada SURYA, Rabu (2/7/2014 ) sore,

Berita Rekomendasi

Seluruh makanan dan minuman ini, kata pria asal Banyuwangi ini, ditawarkan cukup murah, berkisar Rp 5.000 hingga Rp 6.000. Dengan rentang harga ini, tak heran kalau panganannya selalu ludes dan ia bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp 200.000 dalam sehari.

“Keuntungan jualan takjil ini disimpan untuk keperluan kuliah, tambahan modal esok hari dan membiayai hidup saya,” akunya.

Di tempat lain, Afifah Lailatul Qomariah, mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) angkatan 2013 dan temannya Dian Krisna mahasiswa UB angkatan 2011 juga turut meramaikan Ramadan dengan membuka stand di trotoar jalan Soekarno Hatta.

Bedanya, dua sejoli ini berjualan menu makanan seperti urap-urap, sayur tewel atau sambal goreng teri. Tempatnya berjulan hanya berupa meja, yang berderet dengan 50 penjual lainnya di trotar jalan depan Taman Krida Budaya, Kota Malang.

Krisna mengatakan, apabila seluruh makanannya ludes, maka penghasilannya sehari bisa mencapai Rp. 400.000. Keuntungan yang mereka peroleh cukup besar dibandingkan modal usahanya yang berkisar Rp 150.000 hingga  Rp 200.000.

Walau demikian, bukan hanya keuntungan rupiah yang mereka cari. Mereka juga mencari pengalaman dalam berjualan dan melayani pembeli.

“Kami berusaha mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin, mulai dari usaha kecil kami berharap bisa mendapat pengalaman untuk memulai usaha yang lebih besar,” ujar Krisna.

Baik Krisna, Afifah, ataupun Rian keuntungan rupiah bukan penyebab utama mereka berjualan. Mereka hanya sekedar mengisi waktu luang selama masa liburan kuliah dan bulan Ramadan dengan kegiatan positif.

“Kami berusaha mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin, mulai dari usaha kecil, lalu bisa memulai usaha yang lebih besar,” kata Krisna. (Mg1/Mg2)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas