Meraih Energi Ilahi
ELEMEN paling vital namun sering diremehkan, bahkan ditolak, oleh para ilmuwan adalah adanya jiwa rabbani dalam diri manusia.
Editor: Anita K Wardhani
Oleh, Komaruddin Hidayat
Rektor UIN Syarief Hidayatullah
ELEMEN paling vital namun sering diremehkan, bahkan ditolak, oleh para ilmuwan adalah adanya jiwa rabbani dalam diri manusia. Sebagai seorang muslim, ketika berbicara masalah metafisik referensi saya tentu saja Alqur'an.
Jiwa rabbani ini sumbernya adalah ruh ilahi yang ditiupkan, bukan diciptakan, oleh Allah ke dalam tubuh manusia. Di dalam Alqur'an ( QS 32: 7,8,9) disebutkan manusia diciptakan berasal dari tanah, lalu Allah menjadikan proses keturunannya dari sperma yang terpilih, dan lebih hebat lagi, disempurkanlah dengan ditiupkan ruh-Nya ke dalam diri manusia.
Bahwa dalam diri manusia terdapat ruh rabbani disebutkan juga dalam ayat yang lain (QS 15:29 - 38:72), setelah sempurna proses kejadiannya, maka Aku tiupkan ruh-KU ke dalam diri manusia, lalu mereka bersujud. Kutipan ayat Alqur'an ini sangat penting untuk memahami manusia bahwa dalam dirinya tidak saja terdapat jiwa nabati (vegetative soul), jiwa hewani (animal soul), dan jiwa insani (human soul), namun yang paling tinggi adalah dalam diri manusia terdapat jiwa rabbani atau ruh ilahi (divine soul).
Perpaduan antara jiwa nabati, hewani, dan insani, manusia telah berhasil menciptakan perubahan dan peradaban yang spektakular. Dalam Alqur'an, kata an-nas dan al-insan, keduanya diterjemahkan menjadi "manusia" yang semuanya memiliki kehebatan namun juga kelemahan.
Dengan kekuatan akal-pikirannya masyarakat modern merasa telah mampu membuat loncatan sejarah dan peradaban sehingga di antara mereka tidak lagi memerlukan Tuhan. Semua persoalan hidup hendak dijelaskan dan diselesaikan dengan pendekatan empiris-ilmiah.
Kalaupun mereka masih percaya pada Tuhan dan agama, peran dan posisinya semakin mengecil, terpinggirkan. Orang yang percaya pada Tuhan dan agama dianggap menunjukkan keterbelakangan dan gagal memahami dunia secara rasional.
Yang cukup mengejutkan, ketika saya meneliti Alqur'an, kata insan kebanyakan dikaitkan dengan kecenderungan negatif. Jadi, di balik kehebatannya, jiwa insani memiliki kelemahan dan cacat yang sangat merepotkan bagi dirinya.
Mari kita lihat beberapa kutipan Alqur'an: Sungguh ketika "insan" (manusia) merasa dirinya kaya, maka mereka lalu bersikap sombong dan melampaui batas (QS 96: 6,7). Manusia (insan) itu mudah berkeluh kesah ketika mendapatkan kesulitan. Tetapi cepat berubah menjadi sombong dan kikir ketika nasibnya berubah menjadi kaya dan hidupnya enak (QS 79: 19,20,21).
Manusia juga mudah sekali mengingkari nikmat Tuhan, enggan bersyukur (QS 100: 6). Manusia juga merasa hebat, pintar, namun sesungguhnya kesombongan itu sekaligus menunjukkan kebodohannya (QS 33:72).
Demikianlah masih banyak lagi isyarat Alqur'an yang menunjukkan tanpa bimbingan jiwa rabbani sesungguhnya jiwa insani memiliki kelemahan yang fatal. Makanya Allah mengirimkan para Rasul dan Kitab Suci sepanjang sejarah sebagai peringatan, panduan, dan konsultan untuk meraih tahapan hidup lebih tinggi, lebih bermakna, dan lebih terarah dalam meneruskan perjalanannya ketika satu saat mesti melalui pintu gerbang kematian.
Jiwa rabbani (QS 3: 79) yang jadi penghubung dengan Tuhan dan mengapresiasi realitas gaib yang tidak sanggup dijangkau nalar insani. Mereka yang beriman, yang kemudian disebut mukmin, adalah mereka yang jiwa rabbaninya selalu terhubungkan dengan cahaya Ilahi sehingga menerangi jiwa-jiwa yang lain.
Beberapa instrumen yang menghubungkan jiwa rabbani dengan Allah terdapat beberapa istilah dalam Alqur'an, antara lain fuad, qalb, danalbab. Ketiganya menghubungkan antara jiwa insani dengan cahaya Ilahi.
Dalam sejarah banyak pemikir yang cerdas secara intelektual dan sekaligus cerdas secara spiritual. Sosok Muhammad yang lahir dan tumbuh di padang pasir pada abad ke-6, tidak pernah memperoleh pendidikan di perguruan tinggi, namun mewariskan himpunan ucapan (hadith), dan mushaf Alqur'an yang kandungan kebenarannya melampui zaman, pasti memiliki jiwa rabbani sangat cerdas dan kuat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.