Nikmatnya Berbuka Puasa di Masjidnya Para Musafir
Konon setiap hari masjid ini memang selalu ramai pengunjung. Masjid itu selalu dikunjungi para musafir yang melintas Kabupaten Cianjur.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - AZAN Magrib berkumandang di Jalan Raya Bandung, Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Jumat (18/7/2014). Jalan yang menghubungkan Kabupaten Bandung Barat (KBB) dengan Kabupaten Cianjur itu pun mendadak lengang sejenak.
Para pengguna jalan terlihat berburu takjil untuk membatalkan ibadah puasa yang telah dijalani pada hari itu. Ada yang berhenti di warung makan, ada yang berhenti di kios kaki lima, dan ada pula yang berhenti sejenak menenggak air mineral.
Namun tidak bagi Fikri (22) dan Rizki (20). Kedua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Gunung Jati Bandung itu langsung masuk ke halaman Masjid Darussalam. Mereka memilih berbuka puasa di masjid yang terletak di Jalan Raya Cianjur-Bandung atau tepatnya di RT 01/06 Kampung Kaum, Desa Bojong, Kecamatan Karangtengah, itu.
"Alhamdulillah, saya memang sering mampir ke masjid ini kalau mau pulang ke rumah di Kota Sukabumi. Kebetulan pas mau buka baru sampai sini (Karangtengah, Red), makanya kami sempatkan buka puasa dulu sekalian salat Magrib di masjid ini," ujar Rizki sambil menyantap takjil di Masjid Darussalam.
Kala itu Rizki dan Fikri disuguhi buah melon, buah semangka, kurma, teh manis, gorengan, minuman gelas, dan air mineral dalam bentuk gelas. Makanan itu sudah disajikan sejumlah remaja Masjid Darussalam yang sudah sibuk sejak pukul 17.30.
"Saya sendiri belum menemukan masjid seperti ini. Masjid Agung pun belum ada yang seperti ini. Pelayanannya profesional, tapi gratis," kata warga Kampung Cibunar, Desa Gedepangrango, Kecamatan Kadudampit, Kota Sukabumi itu.
Konon setiap hari masjid ini memang selalu ramai pengunjung. Masjid yang memiliki luas 1.500 meter persegi itu selalu dikunjungi para musafir yang melintas Kabupaten Cianjur. Apalagi di Ramadan ini, masjid yang memiliki prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto itu menyediakan menu takjil setiap hari.
"Diberi suguhan seperti ini bukan hanya Ramadan saja. Makanya bisa disebut masjid ini seperti tujuan para musafir. Mau untuk istirahat, mandi, ataupun sekadar menikmati kopi di masjid ini. Dan semuanya gratis," kata Rizki, yang pulang ke kampungnya dengan menggunakan sepeda motor.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Dindin Jamaludin, mengatakan, Masjid Darussalam memang cukup dikenal bagi para pelancong dan pemudik yang kerap melintasi Jalan Raya Cianjur-Bandung. Bahkan ada istilah khusus untuk masjid yang dikelola Yayasan Amal Bakti itu.
"Para pengunjung sering menyebutnya masjid kopi gratis Karangtengah Cianjur. Istilah itu dari tamu saja, bukan dari kami. Mungkin karena para tamu sering minta disediakan minuman. Cuma kalau sekarang baru disediakan setelah berbuka puasa," kata Dindin ketika berbincang dengan Tribun.
Tak hanya disediakan minuman, di masjid itu terdapat bacaan bermanfaat yang memang sengaja disediakan. Selain Alquran, koran harian, majalah mingguan dan bulanan tersedia untuk para pengunjung, khususnya para musafir.
Bukan tanpa alasan, kata Dindin, terkadang para musafir yang datang terutama menjelang arus mudik ini sangat membutuhkan informasi terbaru tentang situasi dan kondisi.
"Masjid Darussalam sering dan cukup dikenal sebagai masjid transit para pemudik. Ada yang dari arah Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya. Apalagi kalau menjelang Lebaran (arus mudik, Red) ramainya luar biasa," kata Dindin.
Diakui Dindin, jumlah pengunjung Masjid Darussalam saat ini memang tak sebanyak dulu ketika Tol Cipularang belum dibangun. Akan tetapi, Masjid Darussalam tak pernah menghilangkan kebiasaan melayani para musafir yang berkunjung ke Masjid Darussalam baik untuk beristirat maupun beribadah.
"Dari dulu memang seperti ini dan semuanya gratis. Karena semuanya ini diambil dari infak dan sedekah pengunjung itu sendiri. Istilahnya dari hamba Allah untuk hamba Allah lagi," kata Dindin.
Dindin pun menyebut, mungkin Masjid Darussalam satu-satunya masjid yang bisa dikunjungi para musafir setiap waktu atau 24 jam nonstop. Terkadang, para pemudik ada yang memilih menginap di Masjid Darussalam ketimbang harus mengeluarkan uang sewa di penginapan.
"Di sepuluh malam terakhir ini, selain mengadakan malam iktikaf, kami juga mengadakan sahur bersama. Nah, biasanya ketika arus mudik, banyak pemudik yang menyempatkan diri juga sahur di sini. Ada juga yang tidur sampai pagi," kata Dindin. (TRIBUN JABAR/Teuku Muhammad Guci S)