BNN: Sopir Paling Rentan Penyalahgunaan Narkoba
Sektor transportasi publik masih jadi primadona masyarakat Indonesia. Terlebih jelang mudik lebaran, arus transportasi baik darat, laut, dan udara
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor transportasi publik masih jadi primadona masyarakat Indonesia. Terlebih jelang mudik lebaran, arus transportasi baik darat, laut, dan udara kian masif. Namun sayangnya, tragedi transportasi masih saja terjadi, baik dari faktor manusia, maupun faktor lainnya. Faktor penyalahgunaan narkoba bisa jadi salah satu biang keladi.
Survei nasional P4GN pada sektor transportasi menyatakan, 7,6 persen dari 7.628 pekerja transportasi darat mengonsumsi narkoba dalam satu tahun terakhir. Tentu, ini jadi catatan penting yang harus dicarikan formulasi penanganannya.
Mengurai masalah kecelakaan terkait dengan faktor manusia memang cukup rumit. Namun salah satu hal yang diwaspadai adalah bagaimana mengantisipasi agar masalah narkoba tidak menjadi duri dalam sektor transportasi ini.
Badan Narkotika Nasional (BNN) melihat potensi penyalahgunaan narkoba menjadi salah satu faktor resiko kecelakaan transportasi. Berbekal pemikiran inilah, pada tahun 2013, BNN bekerja sama dengan Puslitkes UI untuk melakukan survey nasional penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada sektor transportasi di 23 provinsi.
Salah satu poin utama yang jadi perhatian besar adalah didapatkan fakta prevalensi penyalahguna narkoba setahun terakhir cukup tinggi. Pada sektor transportasi darat (pengemudi bus, truk, taksi, travel, dan mobil sewa) dari seluruh responden survei sebanyak 7.628 orang ada 7,6 persen pekerja transportasi darat di antaranya mengonsumsi narkoba dalam satu tahun terakhir.
Sedangkan di sektor laut, dari 896 responden, ada 5,4 persen pekerja transportasi laut mengonsumsi narkoba dalam satu terakhir. Sementara itu, pada sektor transportasi udara, dari 1.031 responden, diperoleh hasil 3,9 persen pekerjanya mengonsumsi narkoba dalam satu tahun terakhir.
Dari hasil survei ini, penyalahgunaan narkoba di sektor darat menjadi perhatian besar. Artinya, para pekerja seperti pengemudi mobil angkutan umum baik itu dalam kota atau antara kota sangat rentan dengan penyalahgunaan narkoba. Terlebih lagi menjelang lebaran, di mana arus transportasi darat via bus masih menjadi pilihan masif masyarakat saat ini. Tentu harus ada langkah progresif yang diambil agar bisa menekan kecelakaan dari aspek manusianya.
Perkara penyalahgunaan narkoba oleh pengemudi bukan isapan jempol semata. Baru-baru ini, tiga orang pengemudi bus antar kota di Deli Serdang diketahui positif narkoba setelah ketiganya dites urinenya oleh tim BNNK Deli Serdang di Terminal Transit Lubuk Pakam. Tentu kasus ini ironis dan mengkhawatirkan, mengingat mereka harus bertanggung jawab atas keselamatan banyak penumpang.
Menanggapi tingginya resiko penyalahgunaan narkoba dan kecelakaan transportasi Kepala BNN, DR Anang Iskandar mengungkapkan langkah preventif harus dioptimalkan oleh BNN, karena fakta yang ada banyak pekerja di sektor transportasi darat tidak paham dengan persoalan narkoba.
"Minimnya pengetahuan para pekerja transportasi dalam masalah narkoba, tidak bisa dibiarkan karena jika hal ini diabaikan maka kecelakaan transportasi bisa terus mengalami peningkatan," kata Anang, Kamis (24/7/2014).
Pada tahun lalu, tim BNN dan Puslitkes telah melakukan survey di bidang transportasi. Hasilnya cukup mengkhawatirkan karena banyak sekali sektor transportasi darat yang belum peduli akan pentingnya mencegah narkoba di lingkungan kerjanya.
Mengutip pernyataan DR Sabarinah, Ketua Pusat Penelitian Kesehatan UI saat memaparkan hasil survey pada akhir 2013 lalu di BNN, dirinya mengungkapkan anggota tim risetnya telah mengambil contoh dari salah seorang responden pengemudi truk di Lampung pada tahun 2013. Sang pengemudi mengakui, di tempat kerjanya tidak pernah digelar kegiatan sosialisasi tentang penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Selain itu, beberapa pejabat instansi pemerintah juga mengakui bahwa P4GN belum menjadi prioritas dalam pekerjaan sehari-harinya.
"Sejumlah responden mengutarakan alasan mengenai kurangnya kepedulian dalam menggaungkan spirit P4GN, antara lain tidak ada petunjuk atasan, bukan tugas pokoknya, dan tidak menguntungkan perusahaan atau institusi," kata Sabarinah.
Jika melihat hasil survei UI bersama BNN ini, kelompok pekerja yang paling jarang mendapatkan informasi tentang narkoba adalah pekerja di sektor transportasi darat yang meliputi pengemudi bus, truk, taksi, travel, dan mobil sewa.
Oleh karena itulah, Anang menegaskan tentang pentingnya pemantapan wawasan mengenai bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba untuk pekerja bidang transportasi seharusnya menjadi salah satu prioritas. Karena pekerjaan yang mereka lakukan terkait erat dengan keselamatan publik.
Langkah proaktif BNN dalam menyosialisasikan bahaya narkoba telah diimplementasikan dalam bentuk pembentukan dan pemberdayaan kader anti narkoba di kalangan pekerja transportasi. Mereka dibina dan diberdayakan untuk terlibat langsung dalam kegiatan P4GN, dengan harapan, semakin banyak pekerja transportasi yang sadar dan lebih peduli terhadap bahaya narkoba, dan keselamatan publik.
"Di samping hal tersebut, langkah proaktif lainnya yang dilakukan BNN dan instansi terkait adalah tes urine bagi pengemudi berbagai moda transportasi terutama menjelang momentum penting seperti arus mudik lebaran setiap tahunnya," ujar Kepala BNN.
Langkah tes urine saat ini direspon dengan sangat baik oleh berbagai instansi di tiap daerah. Seperti diberitakan di berbagai media, sejumlah instansi terkait seperti BNN, Kepolisian, Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan setempat mulai bersinergi untuk menggelar tes urine dan tes kesehatan pada pengemudi bus angkutan lebaran. Tentu hal ini patut mendapatkan apresiasi, karena langkah antisipasi seperti ini menjadi langkah meminimalisir resiko kecelakaan dan memberikan rasa aman bagi para pengguna jasa angkutan.