Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Ramadan

Pesan Idul Fitri di Masjid Istiqlal: Pluralitas Itu Sunnahtullah

Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Masykuri Abdillah bertindak sebagai pengkhutbah pada Hari Raya Idul Fitri 1435

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Pesan Idul Fitri di Masjid Istiqlal: Pluralitas Itu Sunnahtullah
Tribunnews.com/Herudin
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Boediono saat tiba di Masjid Istiqlal untuk melaksanakan Salat Ied, Sanin (28/7/2014) 

Tribunnews.com, JAKARTA-- Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Masykuri Abdillah bertindak sebagai pengkhutbah pada Hari Raya Idul Fitri 1435 H, di Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (28/7/2014).

Guru Besar pada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengangkat tema kutbahnya "Spirit Idul Fitri: Tentang Cinta, Kebangsaan dan Keindonesiaan."

Dalam kutbahnya, Masykuri menegaskan, Islam mengakui kemajemukan (pluralitas). Bahkan, kemajemukan itu merupakan sunnahtullah (ketentuan Allah) yang tidak akan berubah.

Dia mengutip surat al-Hujarat:13. Yang artinya, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan lagi Maha Mengenal.

"Jelas sekali bahwa Allah menggunakan kata "ta'arufu" yang berarti saling mengenal dalam hubungan antar-manusia. Allah tidak menggunakan kata misalnya, "tuqatilu" atau "tuharibu" yang berarti saling memerangi atau memusuhi," tandasnya.

Menurutnya, "ta'arufu" dalam ayat tersebut berarti saling mengenal. Hal ini akan terwujud jika disertai dengan i"tiraf (pengakuan) dan penghormatan terhadap keberadaan orang dan kelompok lain yang berbeda. Baik dari segi kebangsaan, ras, suku, agama, politik maupun lainnya.

Lanjut dia, penghormatan tersebut juga harus dipraktikkan dalam pelaksanaan dakwah dan amr ma'ruf nahy munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran). Yakni dengan cara hikmah (bijaksana) dan nasihat yang santun.

Berita Rekomendasi

"Walaupun Allah sendiri telah menyatakan hanya agama Islam lah yang diterima di Sisi-Nya. Tetapi dakwah amr ma'ruf nahy munkar, perjuangan aspirasi umat, kontrol sosial, dan protes terhadap suatu penyimpangan atau kebijakan yang tidak tepat, tidak boleh dilakukan dengan paksaan. Dan tidak pula dengan kekerasan," ucapnya.

"Penggunaan paksaan atau kekerasan ini justru akan mencederai agama Islam itu sendiri," tambahnya mengingatkan.

Untuk diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Negara Ani Yudhoyono melaksanakan Shalat Idul Fitri 1435 H, di Masjid Istiqlal Jakarta.

Presiden memasuki ruang utama Masjid Istiqlal bersama Wakil Presiden Boediono dan isteri Herawati Boediono.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas